Analisis Jabatan - Sektor Aneka Industri
PERILAKU KERJA (ADAPTASI DAN TATA KELOLA) PADA KARYAWAN SEKTOR ANEKA INDUSTRI MASA NEW NORMAL LIFE
Makalah Analisis Jabatan
Dosen
Pengampu
Drs.
Akhmad Baidun, M.Si
Disusun
Oleh:
Farid
Jamaludin (11160700000046)
FAKULTAS
PSIKOLOGI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2020
Kata
Pengantar
Alhamdulillah,
puji syukur kami kehadirat Allah subhanahu
wa ta’ala, berkat rahmat dan karuniaNya penyusunan makalah yang bertema “Perilaku Kerja (Adaptas dan
Tata Kelola) pada Karyawan Aneka Industri Masa New Normal Life”
ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Terima kasih kami haturkan kepada semua pihak yang terlibat membantu dalam penyusunan makalah ini terutama dosen
pembimbing mata kuliah Analisis Jabatan, Bapak Drs. Akhmad Baidun, M. Si., yang senantiasa membimbing,
mengarahkan dan mencurahkan ilmunya kepada kami hingga penyusunan makalah ini
dapat terselesaikan.
Kami menyadari segala keterbatasan, dengan kelebihan dan kekurangan
dalam penyusunannya, kami berharap bisa dimaklumi. Demikian makalah ini kami
buat dengan sebaik mungkin. Mudah-mudahan bisa menjadi bahan wacana dan
menambah informasi bagi pembaca sekalian, Amin.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Pengertian
1.1.1. Perilaku Kerja
Perilaku
kerja adalah tanggapan atau reaksi individu yang timbul baik berupa perbuatan
atau sikap maupun anggapan seseorang terhadap pekerjaannya, kondisi kerja yang
di alami di lingkungan kerja serta perlakuan pimpinan terhadap karyawan itu
sendiri (Theedens, 1996).
Perilaku kerja juga bisa dilihat lewat perbedaan gender, Maulana (2013) menjelaskan bahwa untuk menciptakan perilaku kerja
yang baik harus memperhatikan komunikasi pria dan wanita, perasaan di tempat
kerja menetapkan batasan dalam tiap perilaku kerja, serta mengingat berbagai
perbedaan yang ada. Adapun menurut Suswati (2012), perilaku kerja yang
terdapat dalam budaya organisasi berpengaruh terhadap motivasi dan kepuasan
kerja serta kinerja bidan pada RSUD Tapal Kuda, Jawa Timur.
Dengan mengerti perilaku kerja para
karyawan, perusahaan akan mudah dalam mengatur serta memahami para karyawannya
dengan tujuan menciptakan lingkungan kerja yang konsisten dan positif, sehingga
semua kegiatan dalam perusahaan berjalan dengan baik dan dapat membuat profit kepada
perusahaan. Menurut Sinamo (2002) perusahaan akan sukses jika para karyawannya
dapat menjalankan 8 paradigma kerja utama yaitu bekerja tulus, bekerja tuntas,
bekerja benar, bekerja keras, bekerja serius, bekerja kreatif, bekerja unggul,
dan bekerja sempurna (Maulana, 2013).
Menurut
Griffths (20014)Terdapat empat indikator yang dapat digunakan untuk
mengetahui perilaku kerja. Di
antaranya, Social relationships (hubungan sosial), yaitu Seorang pekerja harus memiliki hubungan sosial yang
baik dengan pekerja yang lain, di mana masing-masing pekerja harus mengawasi
rekan kerja agar bertindak di jalan yang benar dan mengingatkan apabila ada
kesalahan. Kemudian Vocational
skill, yaitu Keahlian yang miliki seseorang sesuai dengan pekerjaannya, misalnya
seseorang dengan keahlian memasak cocok untuk menjadi seorang Chef. Kemudian juga Work motivation, yaitu adanya
kemauan untuk bekerja untuk mencapai suatu tujuan tertentu seperti kebutuhan
fisiologi, rasa aman, cinta, harga diri, dan aktualisasi diri. Dan Initiative—confidence, yaitu
dalam perilaku kerja yang baik harus memupuk rasa percaya diri yang penuh serta
mengambil inisiatif bahwa semua pekerjaan dapat dilaksanakan sesuai
dengan job description yang ada.
1.1.1. Adaptasi
Menurut Denison (1995),
teori adaptasi meletakkan penekanan pada kemampuan organisasi untuk menerima,
menafsirkan dan menerjemahkan gangguan dari lingkungan luar ke norma internal
yang mengarah pada kelangsungan hidup atau kesuksesan. Ada beberapa cara penyesuaian diri yang dapat
dilakukan, yaitu dengan cara penyesuaian bentuk organ tubuh, penyesuaian kerja
organ tubuh, dan tingkah laku dalam menanggapi perubahan lingkungan. Kemampuan
beradaptasi merupakan suatu perilaku yang sangat kompleks karena didalamnya
melibatkan sejumlah fungsi dan intelektual. Misalnya: penalaran, ingatan kerja,
dan belajar keterampilan makin tinggi. (Muhammad, 2013; Rohadi, 2016).
Tiga aspek
kunci dari kemampuan beradaptasi adalah persepsi dan respon terhadap lingkungan
eksternal, kemampuan untuk menanggapi pelanggan internal dan reaksi cepat baik
terhadap pelanggan internal dan eksternal (Suseno, 2018). Perilaku adaptif dikatan sebagai kemampuan karyawan untuk beradaptasi dengan
lingkungan pekerjaannya. Perilaku ini dapat dilihat dari beberapa indikator
yang mempengaruhi karyawan. Salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan
karyawan dalam beradaptasi dengan lingkungan pekerjaannya adalah lingkungan
kerja dalam perusahaan. Di sisi lain, karyawan mesti menyesuaikan diri dengan lingkungan perusahaan.
Penyesuaian ini lazim disebut adaptasi. Dalam beradaptasi, karyawan memerlukan
faktor-faktor pendukung supaya adaptasi karyawan berjalan dengan baik.
Adaptasi
merupakan proses yang harus dijalani setiap tenaga kerja ketika bekerja di
suatu tempat. Perbedaan lingkungan, gaya bekerja, budaya organisasi menjadi
faktor yang harus disesuaikan oleh pekerja. Menurut Alfatha (2018) proses adaptasi ini menjadi penentu kinerja karyawan
di awal-awal bekerja. Dalam beberapa kasus, perilaku adaptif karyawan
menentukan masa depan karyawan di suatu perusahaan. Bila karyawan berhasil
bertahan dalam adaptasi maka karirnya akan baik kedepannya. Agar kinerja perusahaan baik maka diperlukan
upaya-upaya yang dapat yang meningkatkan kinerja itu. Upaya yang dapat
dilakukan antara lain dengan mewujudkan lingkungan kerja yang nyaman, aman,
kondusif, dan menyenangkan. Karyawan akan merasa kerasan berada di dalam
lingkungan kerjanya dan akan mempengaruhi produktivitas kerja yang dimilikinya.
Lebih jelas lagi Alfatha
(2018) juga menjelaskan bahwa pekerjaan akan
diselesaikan dengan baik, lebih tepat waktu dan karyawan akan merasa bahagia
selama bekerja di kantor.
Akhir-akhir Dewasa ini arus globalisasi dengan didorong pesatnya infomasi yang
bermutu membuat pekerja melakukan adaptasi. Studi yang dilakukan Elaine Pulakos
(2015) mengungkapkan bahwa saat ini karakteristik perusahaan sudah berubah,
yaitu lingkungan yang dinamis menyebabkan pekerja harus lebih adaptif untuk
tetap bekerja secara maksimal. Contohnya, pekerja harus mulai melakukan pekerjaannya
dengan cara yang berbeda, yang pasti lebih efektif dan efisien untuk
memaksimalkan hasilnya. Pekerja harus lebih flesibel, cakap, dan toleran
terhadap ketidakpastian dari dinamisnya lingkungan kerja. Menyesuaikan diri
dengan arus informasi yang selalu berkembang menjadi alasan mengapa individu
dan organisasi melakukan adaptasi. Adaptasi adalah suatu penyesuaian pribadi
terhadap lingkungan, penyesuaian ini dapat berarti mengubah diri pribadi sesuai
dengan keadaan lingkungan, juga dapat berarti mengubah lingkungan sesuai dengan
keinginan pribadi (Gerungan,1991).
Adaptasi yang
pertama disebut penyesuaian diri yang autoplastis (auto artinya sendiri,
plastis artinya bentuk), sedangkan pengertian yang kedua disebut penyesuaian
diri yang allopstatis (allo artinya yang lain, palstis artinya bentuk). Jadi
adaptasi ada yang artinya “pasif” yang mana kegiatan pribadi ditentukan oleh
lingkungan, dan ada yang artinya “aktif”, yang mana pribadi mempengaruhi
lingkungan Di dalam adaptasi juga terdapat pola-pola dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungan. Menurut Suyono (1985), pola adalah suatu
rangkaian unsur-unsur yang sudah menetap mengenai suatu gejala dan dapat
dipakai sebagai contoh dalam hal menggambarkan atau mendeskripsikan gejala itu
sendiri.
Berdasarkan beberapa definisi diatas, pola adaptasi dalam penelitian ini adalah sebagai
unsur-unsur yang sudah menetap dalam proses adaptasi yang dapat menggambarkan
proses adaptasi dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam interaksi, tingkah laku
maupun dari masing-masing adatistiadat kebudayaan yang ada. Proses adaptasi
berlangsung dalam suatu perjalanan waktu yang tidak dapat diperhitungkan dengan
tepat. Kurun waktunya bisa cepat, lambat, atau justru berakhir dengan kegagalan. Jadi adaptasi bisa diartikan sebagai suatu proses perubahan yang menyertai individu
dalam berespon terhadap perubahan yang ada di lingkungan dan dapat mempengaruhi
keutuhan tubuh baik secara fisiologis dan fsikologis yang akan menghasilkan
perilaku adiptif.
1.1.1. Tata Kelola
Tata kelola atau yang
lebih akrab dengan Corporate governance
muncul karena terjadi pemisahan antara kepemilikan dengan pengendalian
perusahaan, atau seringkali dikenal dengan istilah masalah keagenan.
Permasalahan keagenan dalam hubungannya antara pemilik modal dengan manajer
adalah bagaimana sulitnya pemilik dalam memastikan bahwa dana yang ditanamkan
tidak diambil alih atau diinvestasikan pada proyek yang tidak menguntungkan
sehingga tidak mendatangkan return. Corporate governance diperlukan
untuk mengurangi permasalahan keagenan antara pemilik dan manajer (Macey dan
O’Hara, 2003).
Shleifer dan Vishny (1997) menyatakan bahwa
corporate governance yang merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan,
diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para
investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka
investasikan. Corporate governance berkaitan dengan bagaimana para investor
yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi mereka, yakin bahwa manajer
tidak akan mencuri/menggelapkan atau menginvestasikan ke dalam proyek-proyek
yang tidak menguntungkan berkaitan dengan dana/kapital yang telah ditanamkan
oleh investor, dan berkaitan dengan bagaimana para investor mengontrol para manajer.
Dengan kata lain corporate governance diharapkan dapat berfungsi untuk menekan
atau menurunkan biaya keagenan (agency cost).
Corporate Governance
adalah rangkaian proses terstruktur yang digunakan untuk mengelola serta
mengarahkan atau memimpin bisnis dan usahausaha korporasi dengan tujuan untuk
meningkatkan nilai-nilai perusahaan serta kontinuitas usaha. Terdapat beberapa
pemahaman tentang pengertian Corporate Governance yang dikeluarkan beberapa
pihak baik dalam perspektif yang sempit (shareholder) dan perspektif yang luas
(stakeholders, namun pada umumnya menuju suatu maksud dan pengertian yang sama. Watts (2003) menyatakan bahwa salah satu cara yang di gunakan
untuk memonitor masalah kontrak dan membatasi perilaku opportunistic manajemen
adalah corporate governance. Forum
for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) dalam Hery (2010)
mendefinisikan Corporate Governance sebuah seperangkat
peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola)
perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemegang
kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan
kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengendalikan
perusahaan. Tujuan Corporate Governance ialah untuk menciptakan nilai tambah
bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders).
Adapun
berdasarkan Pasal 1 Surat KEPMEN BUMN No. KEP-117/M-MBU/2002 tgl
31 Juli 2002 tentang penerapan GCG pada BUMN yang dalam Effendi (2009),
menyatakan : “Corporate Governance adalah suatu proses dan struktur yang
digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan
akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka
panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya,
berlandaskan peraturan perundangan dan nilai-nilai etika.
Ditambahkan
lagi, Sutedi
(2011) mendefinisikan
Corporate
Governance sebagai
suatu
proses dan struktur yang digunakan oleh organ perusahaan (Pemegang
Saham/Pemilik Modal, Komisaris, dewan
Pengawas dan Direksi) untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas 8
perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan
tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan
perundang-undangan dan nilai-nilai etika. Tata kelola perusahaan diproksi dengan latar belakang keahlian akuntansi
atau keuangan komite audit, proporsi direktur independen, kompensasi eksekutif,
kepemilikan publik, dan kepemilikan saham terbesar (Puspita & Harto, 2014).
1.1.2. Sektor Aneka Industri
Perusahaan manfaktur merupakan suatu usaha
industri yang bergerak dalam mengelola barang mentah menjadi barang jadi.
Indonesia dengan sumber daya yang melimpah melahirkan banyak perusahaan
manufaktur yang mengelolah sumber daya, baik yang menghasilkan barang jadi
maupun setengah jadi. Salah satu
kelompok industri manufaktur adalah pada sektor aneka Industri
merupakan salah satu bagian dari sektor perusahaan manufaktur yang terdapat di Indonesia. Hampir semua sub sektor yang ada pada
sektor aneka Industri merupakan para produsen dari produk-produk kebutuhan
mendasar konsumen. Produk-produk yang dihasilkan tersebut bersifat konsumtif
dan disukai orang sehingga para produsen dalam industri ini memiliki tingkat
penjualan yang tinggi yang berdampak pula pertumbuhan sektor industri ini.
Sektor aneka Industri
terdiri dari 5 sub sektor, yakni Sub Sektor Tekstil dan Garment, Sub Sektor
Otomotif dan Komponen, Sub Sektor Alas Kaki, Sub Sektor Kabel dan Sub Sektor
Elektronika. Sektor
aneka industri diklasifikasi karena perusahaan sektor ini bersiklus, dikatakan
bersiklus dimana permintaannya yang dapat berubah-ubah terutama industri
otomotif. Intinya, sektor aneka industri adalah kumpulan dari berbagai atau
aneka perusahaan industri manufaktur yang tingkat permintaannya fluktuatif. Sektor Aneka Industri merupakan kelompok
emiten yang terbesar dibandingkan kelompok industri yang lain yang sudah ada,
dengan asumsi semakin besar objek yang diamati maka akan semakin akurat hasil
kajian (Saragih, 2015). Dari
hasil penelitian, nilai maksimum current ratio pada Perusahaan Sektor Aneka
Industri yang listing di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013 mencapai angka
4,018 atau 401% dimiliki oleh perusahaan Indo Kordsa pada tahun 2010, ini
berarti pada tahun 2010 perusahaan tersebut mampu untuk memenuhi kewajiban
jangka pendeknya tersebut sebesar 401%. Perusahaan tersebut mampu mengurangi
ketidak pastian bagi investor karena memiliki aset lancar yang baik. Sektor aneka industri merupakan sektor
yang rawan hancur ketika terjadi krisis karena krisis bisa melemahkan
permintaan akan produk dari industri yang bisa berakibat kerugian bagi
perusahaan di dalamnya.
Sektor aneka industri
jadi pendorong utama penguatan IHSG. Pertumbuhan pasar sektor aneka industri di
Indonesia periode 2011 hingga 2015 mengalami peningkatan dan penurunan. Di
tahun 2011 pasar sektor aneka industri tumbuh 44% dibandingkan tahun
sebelumnya, pertumbuhan sektor ini berdampak terhadap peningkatan pendapatan
perusahaan yang bergerak di manufaktur. Pertumbuhan
pasar aneka industri pada tahun 2012 hingga pertengahan pertama 2014 merupakan
puncak pertumbuhan, terbukti dari para investor yang lebih memilih untuk
menanamkan investasi saham di sektor aneka industri (Indonesia investment,
2015). Sektor aneka indsutri di Indonesia pada
tahun 2014 pada pertengahan tahun ketiga mengalami penurunan dikarenakan
perekonomian Indonesia sedang melambat. Kondisi ini berlanjut hingga tahun
2015. Bisnis sektor aneka industri berada pada titik jenuh yang didukung oleh
penurunan nilai rupiah, kondisi ekonomi dan Indonesia yang melemah, sehingga
penjualan di sektor aneka industri di tahun 2015 terlihat lesu dan berdampak ke
IHSG semakin menurun (Indonesia Investment, 2015).
Berikut ini adalah daftar perusahaan sektor
aneka industri yang terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia) tahun terbaru,
terhitung April 2019.
A. Subsektor Otomotif & Komponen
Ada 13
perusahaan sektor aneka industri dengan
subsektor otomotif & komponen, yaitu sebagai berikut.
No
|
Kode
|
Nama Emiten
|
Tanggal Pencatatan
|
1
|
ASII
|
Astra International Tbk
|
04/04/1990
|
2
|
AUTO
|
Astra Otoparts Tbk
|
15/06/1998
|
3
|
BOLT
|
Garuda Metalindo Tbk
|
07/07/2015
|
4
|
BRAM
|
Indo Kordsa Tbk
|
05/09/1990
|
5
|
GDYR
|
Goodyear Indonesia Tbk
|
01/12/1980
|
6
|
GJTL
|
Gajah Tunggal Tbk
|
08/05/1990
|
7
|
IMAS
|
Indomobil Sukses Internasional Tbk
|
15/09/1993
|
8
|
INDS
|
Indospring Tbk
|
10/08/1990
|
9
|
LPIN
|
Multi Prima Sejahtera Tbk
|
05/02/1990
|
10
|
MASA
|
Multistrada Arah Sarana Tbk
|
09/06/2005
|
11
|
NIPS
|
Nipress Tbk
|
24/07/1991
|
12
|
PRAS
|
Prima Alloy Steel Universal Tbk
|
12/07/1990
|
13
|
SMSM
|
Selamat Sempurna Tbk
|
09/09/1996
|
B. Subsektor Tekstil dan Garmen
Ada 18 perusahaan sektor
aneka industri dengan subsektor tekstil dan garmen, sebagai berikut.
No
|
Kode
|
Nama Emiten
|
Tanggal Pencatatan
|
1
|
ARGO
|
Argo Pantes Tbk
|
07/01/1991
|
2
|
BELL
|
Trisula Textile Industries Tbk
|
03/10/2017
|
3
|
CNTX
|
Century Textile Industry Tbk
|
22/05/1979
|
4
|
ERTX
|
Eratex Djaja Tbk
|
21/08/1990
|
5
|
ESTI
|
Ever Shine Tex Tbk
|
13/10/1992
|
6
|
HDTX
|
Panasia Indo Resources Tbk
|
06/06/1990
|
7
|
INDR
|
Indo-Rama Synthetics Tbk
|
03/08/1990
|
8
|
MYTX
|
Asia Pacific Investama Tbk
|
10/10/1989
|
9
|
PBRX
|
Pan Brothers Tbk
|
16/08/1990
|
10
|
POLY
|
Asia Pacific Fibers Tbk
|
12/03/1991
|
11
|
RICY
|
Ricky Putra Globalindo Tbk
|
22/01/1998
|
12
|
SRIL
|
Sri Rejeki Isman Tbk
|
17/06/2013
|
13
|
SSTM
|
Sunson Textile Manufacture Tbk
|
20/08/1997
|
14
|
STAR
|
Star Petrochem Tbk
|
13/07/2011
|
15
|
TFCO
|
Tifico Fiber Indonesia Tbk
|
26/02/1980
|
16
|
TRIS
|
Trisula International Tbk
|
28/06/2012
|
17
|
UNIT
|
Nusantara Inti Corpora Tbk
|
18/04/2002
|
18
|
ZONE
|
Mega Perintis Tbk
|
12/12/2018
|
C. Subsektor Mesin & Alat Berat
Ada empat (4) perusahaan
sektor aneka industri dengan subsektor mesin & alat berat, sebagai berikut.
No
|
Kode
|
Nama Emiten
|
Tanggal Pencatatan
|
1
|
GMFI
|
Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk
|
10/10/2017
|
2
|
KPAL
|
Steadfast Marine Tbk
|
08/06/2018
|
3
|
AMIN
|
Ateliers Mecaniques D’Indonesie Tbk
|
10/12/2015
|
4
|
KRAH
|
Grand Kartech Tbk
|
08/11/2013
|
D. Subsektor Elektronika
Ada dua (2) perusahaan
sektor aneka industri dengan subsektor elektronika, sebagai berikut.
No
|
Kode
|
Nama Emiten
|
Tanggal Pencatatan
|
1
|
PTSN
|
Sat Nusapersada Tbk
|
08/11/2007
|
2
|
JSKY
|
Sky Energy Indonesia Tbk
|
28/03/2018
|
E. Subsektor Kabel
Ada enam (6) perusahaan
sektor aneka industri dengan subsektor kabel, sebagai berikut.
No
|
Kode
|
Nama Emiten
|
Tanggal Pencatatan
|
1
|
IKBI
|
Sumi Indo Kabel Tbk
|
21/01/1991
|
2
|
JECC
|
Jembo Cable Company Tbk
|
18/11/1992
|
3
|
KBLI
|
KMI Wire & Cable Tbk
|
06/07/1992
|
4
|
KBLM
|
Kabelindo Murni Tbk
|
01/06/1992
|
5
|
SCCO
|
Supreme Cable Manufacturing &
Commerce |
20/07/1982
|
6
|
VOKS
|
Voksel Electric Tbk
|
20/12/1990
|
F. Subsektor Alas Kaki
Ada dua (2) emiten sektor
aneka industri dengan subsektor alas kaki, sebagai berikut.
No
|
Kode
|
Nama Emiten
|
Tanggal Pencatatan
|
1
|
BIMA
|
Primarindo Asia Infrastructure Tbk
|
30/08/1994
|
2
|
BATA
|
Sepatu Bata Tbk
|
24/03/1982
|
1.1. Alur
proses produksi Sektor Aneka Industri
Salah satu yang termasuk dalam sektor Aneka Industri
adalah PT.
Indorama Synthetics tbk. Ia
adalah salah satu perusahan tekstil terbesar yang ada di Indonesia yang
berfokus pada pembuatan benang dan polyester. Tipe perusahan yang memiliki
staretegi produksi make to order ini sangat memerlukan proses pengendalian
kualiatas dalam menjaga kesetiaan dan loyalitas dari para pelanggannya. PT.
Indorama Synthetics Tbk melakukan proses produksi dengan menggunakan
mesin-mesin yang kontinyu dan automatic. Adapun untuk alur proses produksi berdasarkan literatur yang digali oleh
penulis adalah sebagai berikut.
1.1.1. Bahan
Bahan baku merupakan
salah satu aspek penting dalam suatu proses produksi di industri. Kualitas
bahan baku yang baik akan menghasilkan produk dengan kualitas yang baik pula.
Bahan baku yang digunakan PT Indorama Synthetics Tbk. Divisi Polyester CP-2
diuji spesifikasinya terlebih dahulu oleh QCC Department (Quality Control
Chemical) agar sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. Bahan baku utama yang digunakan terdiri
dari Purified Terepthalic Acid (PTA), Mono Ethylene Glycol (MEG),
dan Isopthalic Acid (IPA).
Adapun untuk bahan baku penunjang yakni katalis berupa Antimony
Trioxide (Sb2O3). Katalis berfungsi mempercepat reaksi polimerisasi dalam
proses pembuatan polyester dan dapat menarik kadar logam yang ada pada polimer.
Kelarutan Sb2O3 dalam glycol sangat rendah sehingga perlu dilakukan proses
pemanasan agar dapat larut. Katalis yang digunakan berasal dari Nihon Seiko Co,
LTD dan dikemas dalam bag (± 25 kg/bag). Serta bahan penolong yang digunakan adalah Inhibitor, U1 (Carbon
Black), Toner Red dan Toner Blue, Therminol VP 1, Diethylene
Glycol (DEG) dan Stability Ethyle Glycol (EG).
1.1.2. Produk
Terdapat 3 jenis produk yang dihasilkan oleh
Poly CP-2 yakni produk utama, produk samping dan waste. 3.1.4.1. Produk Utama
Produk utama dari Poly CP-2 berupa polimer dalam bentuk chips. Chips
yang dihasilkan ada 2 yakni yang berasal dari proses CP (Continous Process)
dan SSP (Solid State Polycondensation). Untuk jenis chips yang
dihasilkan bergantung pada permintaan konsumen.
1.1.3. Persiapan
Pembuatan Aditif
Pembuatan bahan aditif dilakukan ketika
level cairan pada tiap feed tank telah mancapai >40% dan proses pembuatan bahan aditif menggunakan batch.
1.1.4. Continous
Process (CP)
Terdapat
beberapa tahapan yaitu proses pembuatan pasta, proses esterifikasi, proses
polimerisasi dan proses di chipper. PTA yang digunakan oleh Poly CP-2 berasal
dari Poly CP-1 yang disimpan dalam outdoor silo. Sehingga diperlukan sistem
conveying untuk mengirimkan PTA. Proses transfer menggunakan nitrogen dengan
konsentrasi 0,4 % yang berasal dari Utility Department. PTA dikemas
dalam 2 bentuk yakni curah (± 21,5 ton/kontainer) dan bag (± 1 ton/bag).
Kenaikan sudut kontainer disesuaikan dengan jatuhnya PTA ke tangki Q01. PTA
dari kontainer dialirkan kedalam tangki Q01 selama ± 15 menit. Setelah tangki
Q01 berisi PTA seberat 7 ton secara otomatis PTA akan ditransfer ke silo outdoor
Q04 dan Q05 menggunakan nitrogen dari compressor dengan tekanan 3,6 bar.
Silo Q04 dan Q05 memiliki 10 plate atau setara 295 ton. Untuk PTA dari bag
masuk melalui melalui tangki Q02. Setelah tangki Q02 berisi PTA seberat 2,5 ton
akan di transfer ke silo Q07 menggunakan nitrogen 2,5 bar. PTA dari silo Q04,
Q05 dan Q07 menuju channel yang terhubung dengan silo Q03, aliran PTA
diatur oleh rotary valve sebelum masuk ke dalam channel. PTA dari silo
Q03 ditransfer menggunakan nitrogen 3,8 bar ke dalam silo indoor yang terdapat
di Poly CP-2. PTA bulk dari Poly CP-2 juga masuk ke silo Q03 bila terjadi
masalah pada sistem conveying PTA dari Poly CP-1. Kemudian terus hingga proses pembuatan pasta, kemudian
proses esterifikasi, proses polimerasasi, hingga chipper.
1.1.5. Solid
State Polycondensation Continuous (SSP)
Proses
solid state polycondensation adalah proses untuk meningkatkan IV amorphous yang
dihasilkan dari continuous process. Selain itu untuk menghilangkan asetaldehid
yang masih terkandung didalam chips amorphous sampai < 0,8 ppm.
1.1.6. Pendingin
Produk
Chips ditransfer ke
unit pendingin yaitu fluidized bed cooler (1414-S01). Fungsinya untuk
menurunkan temperature chips yang tinggi dan mengambil kotoran yang masih
menempel di chips. Prinsip fluidized bed cooler adalah
mengalirkan nitrogen dingin karena telah didinginkan oleh heat exchanger
chilled water (1414-H02) dan cooling water (1414-H01). Temperatur
nitrogen di kontrol secara otomatis dengan mengatur laju alir chiller water
yang masuk ke heat exchanger. Chips yang telah dingin dan mengalami
fluidisasi masuk ke chips purge tank I (1414- T01). Nitrogen akan difiltrasi
oleh N2 filter I dan II (1414-F01) dan (1414-F02) sehingga Nitrogen dapat
digunakan kembali. Bila chips purge tank II (1414-T02) sudah mencapai LAL (Level
Alarm Low) maka chips otomatis masuk ke chips purge tank II dan bila
tangki mencapai LAH (Level Alarm High) maka chips secara otomatis masuk
ke conveying system menuju bagging.
Pada saat proses pemanasan chips
berlangsung, dilakukan break vakum secara berkala selama ±1 jam. Ketika dilakukan
break vakum maka nitrogen akan diinjeksikan ke dalam reaktor sehingga udara
tidak masuk ke dalam reaktor. Ketika proses pemanasan telah selesai dilakukan
proses pendinginan sehingga suhu chips turun menjadi 1500C. Ketika
proses pemanasan, mobileterm akan di lewatkan ke heat exchanger untuk dilakukan
pemanasan menggunakan dowterm. Pada saat proses pendinginan, mobileterm
dilewatkan pada Heat Exchanger untuk dilakukan proses pendinginan
menggunakan cooling water. Kemudian chips didorong oleh udara dari blower
conveying menuju hot silo (D 92- 01). Setelah LAH silo tercapai maka valve
akan terbuka dan chips dialirkan menuju silo Pada saat proses pemanasan chips
berlangsung, dilakukan break vakum secara berkala selama ±1 jam. Ketika
dilakukan break vakum maka nitrogen akan diinjeksikan ke dalam reaktor sehingga
udara tidak masuk ke dalam reaktor. Ketika proses pemanasan telah selesai
dilakukan proses pendinginan sehingga suhu chips turun menjadi 1500C. Media
pemanas dan pendingin pada tumble drayer yakni mobileterm yaitu terminol
506. Ketika proses pemanasan, mobileterm akan di lewatkan ke heat exchanger
untuk dilakukan pemanasan menggunakan dowterm. Pada saat proses pendinginan, mobileterm
dilewatkan pada Heat Exchanger untuk dilakukan proses pendinginan
menggunakan cooling water. Kemudian chips didorong oleh udara dari blower
conveying menuju hot silo (D 92- 01). Setelah LAH silo tercapai maka
valve akan terbuka dan chips dialirkan menuju silo.
BAB II
PENGORGANISASIAN
DAN PENATAAN SUMBERDAYA MANUSIA
2.1.
Divisi/Department pada Perusahaan
atau Pabrik
Pada pembahasan ini,
penulis memfokuskan pada salah satu subsektor tekstil dan garmen, yaitu PT Indo-Rama
Synthetics Tbk yang termasuk ke dalam sektor
aneka industri
yang terdaftar BEI (Bursa Efek Indonesia). Di Di
dalam suatu organisasi/perusahaan, umumnya terdapat tiga macam tingkatan jabatan strategis,
dimulai dari manajemen garis bawah, manajemen tingkat menengah/madya sampai
manajemen puncak. PT Indo-Rama Synthetics merupakan perusahaan asing yang
beroperasi di berbagai Negara, pusatnya berada di Negara India. Oleh karena
itu, perusahaan ini dapat dikatakan sebagai perusahaan penanam modal asing di
Indonesia. Perusahaan ini menggunakan struktur organisasi divisional yaitu
struktur organisasi di dalam perusahaan terpisah-pisah sesuai dengan divisi
yang dijalani.
Struktur organiasai PT
Indorama Synthetics Tbk untuk site Jatiluhur dibagi menjadi beberapa bagian
yaitu : Divisi Polyester, Divisi Spun Yarns, Divisi Fabric, Divisi CPP, Divisi
IPCI dan IRT. Namun untuk dalam
makalah ini hanya
dalam penjelasan mengenai departemen, pemakalah berfokus pada Divisi
Spun yarns. Struktur
organisasi ini tidak secara keseluruhan ditampilkan, hanya sebagian besar dan
tetap menampilkan struktur dimana penulis melakukan studi pustaka dari beberapa literatur,
yaitu departemen Training atau Centre For Learning. Struktur organisasi
pada PT Indorama Synthetics Tbk divisi Spun Yarns dapat dilihat pada gambar berikut.
2.2.
Deskripsi Tugas dan Jabatan
2.2.1. Dewan
Komisaris
Dewan
Komisaris merupakan bagian tertinggi Perusahaan yang ditunjuk oleh pemegang
saham dalam rapat umum pemegang
saham. Tugas utama dari Dewan Komisaris adalah mengawasi kebijakan Direksi
dalam mengelola perusahaan dan memberikan saran kepada Direksi terkait mengenai
hal-hal sebagaimana dijelaskan dalam Anggaran Dasar Perusahaan Dewan Komisaris
menerima laporan secara berkala dari Direksi dan Komite Audit selama setahun
terkait kinerja Perusahaan. Dewan Komisari saat ini terdiri dari lima anggota
dimana dua diantaranya merupakan Komisari Independe. Remunerasi anggota Dewan
Komisaris ditentukan oleh pemegang saham pada rapat umum pemegang saham dan
dicantumkan pada catatan di dalam laporan keuangan yang telah di audit. Berdasarkan Anggaran Dasar Perseroan,
Dewan Komisaris diwajibkan untuk mengadakan rapat minimal satu kali dalam
setahun yang dihadiri oleh mayoritas anggota.
2.2.2. Direksi
Direksi bertanggung jawab penuh untuk
mengelola dan menjalankan Perusahaan sesuai dengan tujuan Perusahaan serta
memellihara, mengendalikan, dan mengelola asset Perusahaan bagi kepentingan
Perusahaan. Direksi saat ini terdiri dari tiga anggota dengan Direktur Utama
dan dua Direksi. Direktur Utama bertanggung jawab atas sejumlah unit usaha yang
didukung oleh Direksi yang lain. Anggota Direksi ditunjuk oleh para pemegang
saham dalam rapat umum pemegang saham. Remunerasi anggota Direksi ditentukan
oleh pemegang saham dalam rapat tersebut dan wewenang tersebut dilimpahkan
kepada Dewan Komisaris serta berdasarkan kinerja mereka yang dinilai setahun
sekali dan dicantumkan pada catatan dalam laporan keuangan yang telah di audit.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perseroan, Direksi diwajibkan untuk mengadakan rapat
minimal satu kali dalam setahun yang dihadiri oleh mayoritas anggota.
2.2.3. Komite Audit
Keberadaan Komite Audit yang profesional dan independen dalam
suatu perusahaan menjadi syarat mutlak untuk menjaga kepentingan stakeholders dan
melindungi hak-hak pemegang saham. Inilah yang menjadi faktor penentu untuk
menciptakan value added dan penerapan GCG bagi perusahaan sehingga
proses controlling tersebut dapat berjalan dengan semestinya.
Berikut adalah tugas dari komite audit:
a.
Memberikan penilaian terhadap pelaksanaan kegiatan
dan hasil audit yang dikerjakan oleh Satuan Pengawasan Internal dan Auditor Eks
ternal sehingga pelaksanaan & pelaporan yang tidak memenuhi standar dapat
dicegah.
b.
Memberikan rekomendasi terhadap penyempurnaan
sistem pengendalian (controlling) manajemen perusahaan beserta
pelaksanaannya.
c.
Memastikan bahwa telah tersedia prosedur review yang
memuaskan, terutama terhadap informasi yang dikeluarkan oleh BUMN; seperti
brosur, proyeksi (forecast), laporan keuangan berkala, serta informasi
lainnya yang disampaikan kepada para pemegang saham.
d.
Melakukan identifikasi terhadap hal-hal yang
membutuhkan perhatian dari Dewan Komisaris/Dewan Pengawas.
e.
Menunaikan tugas dan kewajiban lainnya yang
diberikan oleh Dewan Komisaris/Dewan Pengawas, selagi tugas dan kewajiban
tersebut masihdalam ruang lingkup yang berdasarkan pada ketentuan peraturan perundang-undan
gan yang berlaku.
2.2.4. Tugas
Sub Unit (Departemen)
PT. Indorama Synthetics Tbk Divisi Spun Yarns dalam
beroperasi sehari-hari dipimpin oleh seorang Chief Executif Officer
berkebangsaan India, yang fungsi dan tugasnya membawahi tiga sub unit, yaitu :
Komersial, Produksi dan Engineering yang masing-masing dipimpin oleh
seorang Head Unit Function.
Sub unit Komersial meliputi beberapa departemen dan memiliki
tugas sebagai berikut:
a.
Departemen Personalia : bertugas menangani hal-hal yang
berhubungan dengan ketenagakerjaan.
b.
Departemen General Affair, General Office dan Guest
House : bertugas menangani hal-hal yang berkaitan dengan masalah umum,
seperti transportasi, penginapan untuk tamu, administrasi produksi untuk bahan
laporan ke instansi pemerintah, dan lain-lain.
c.
Departemen Security : bertugas menangani masalah
keamanan lingkungan perusahaan pabrik.
d.
Departemen Finance and Accounts : bertugas menangani
masalah keuangan perusahaan.
e.
Departemen Store Raw Materials : bertugas menangani
kebutuhan stok bahan baku, alat tulis, dan lain-lain.
f.
Departemen Sales Finance Godown : bertindak sebagai
marketing executive yang menangani masalah pemesanan dan penjualan.
Sub unit Produksi meliputi beberapa departemen dan memiliki
tugas sebagai berikut:
a.
Departemen Produksi (Spinning I, II, III, IV dan V) :
bertugas menangani proses-proses produksi beserta perawatan mesin-mesinnya.
b.
Departemen Research and Development : bertugas
mengecek atau memeriksa kualitas barang produksi (benang).
c.
Departemen Packing : bertugas menangani masalah pengemasan
produk jadi.
Sub unit Engineering meliputi beberapa departemen dan
memiliki tugas sebagai berikut:
a. Departemen Civil : bertugas menangani pekerjaan
ataupun proyek-proyek civil di lingkungan pabrik.
b. Departemen Electric : bertugas menangani hal-hal yang
berkaitan dengan kelistrikan di lingkungan pabrik, termasuk troubleshooting di
departemen apabila terjadi permasalahan pada instalasi listrik.
c. Departemen Electro : bertugas menangani hal-hal yang
berkaitan dengan elektronika di lingkungan pabrik, termasuk troubleshooting di
departemen apabila terjadi permasalahan pada mesin.
d. Departemen AC Utility : bertugas menangani hal-hal
yang berkaitan dengan AC dan Utility di lingkungan pabrik.
2.3.
Penyesuaian Tugas dalam Masa Pandemi
Covid-19
Di tengah mewabahnya Covid-19,
membuat beberapa sektro industri terganggu dalam hal operasionalnya. Dalam
sebuah penelitian disebutkan bahwa kesiapan menghadapi perubahan di dalam dunia
kerja dipengaruhi secara signifikan oleh modal psikologis, komitmen organisasi,
dan iklim psikologis (Widiarti, D., & Baidun, A., 2016). Ketika seorang
karyawan atau bahkan pimpinan perusahaan tidak memiliki kesiapan dalam
menghadapi suatu perubahan, maka bukan tidak mungkin akan mengakibatkan stress
kerja. Beberapa faktor penyebab dari timbulnya sress kerja ini adalah adanya self
efficacy, resiliency dan self awareness yang rendah pada diri
individu (Haryadi, D. D., & Baidun, A., 2016).
Tidak
sedikit perusahaan yang harus menyesuaikan dalam pemberian tugas kerja sebagai
tindakan untuk mencegah tersebarnya wabah di lingkungan perushaan. Namun tidak
sedikit juga perusahaan yang harus mengorbankan beberapa karyawannya demi
keberlangsungan perusahaan di masa-masa sulit pandemi Covid-19. Dilansir dari
portal berita Newspurwakata disebutkan bahwa direksi PT Indo-Rama Synthetics
Tbk, Divisi Polyester, memutuskan untuk merumahkan sekitar 400 karyawannya.
Kebijakan ini diambil akibat
bahan baku impor terhenti dan produk tekstil yang dihasilkan tidak bisa
terjual. Terdapat beberpa divisi yang terpaksa
harus dihentikan produksinya. Alhasil imbasnya
sekitar 20%-30% karyawan
di rumahkan. Dan pihak
manajemen tidak tahu sampai kapan kebijakan ini berlaku.
jelasnya. Ada lima bagian yang dihentikan
produksinya. Pertama, produksi Benang Filament CP-1 (Departmen POY, FDY
dan DTY), Kedua Produksi FDY CP-1. Ketiga, Departemen PDG. Keempat pekerjaan
Proyek CP-1. Kelima sebagian Departemen Engineering (Utility, Electrict dan
Instrument).
Sementara
itu, sektor aneka industri lainnya yang bergerak di bidang subsektor otomotif
dan komonennya, yaitu PT Astra International Tbk, yang dilansir oleh portal
berita CNBC Indonesia tidak ada pemberhentian karyawan walaupun utilitas pabrik
otomotif turun drastis dan penjualan diprediksi drop hingga 40%. Adapun untuk
penyesuaian kerja di masa Covid-19. Seperti dilansir dari berita AstraWorld
(2020) dijelaskan bahwa Management AstraWorld mulai memberlakukan aturan –
aturan yang dihimbau pemerintah kepada karyawan tanpa terkecuali dan mengawasi
jalannya aturan tersebut dengan ketat. Salah satu aturan yang ditekankan adalah
menerapkan physical distancing di seluruh
area kerja AstraWorld, baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan. Pada masa PSBB, sebagai bentuk komitmen AstraWorld kepada
pelanggan, contact centre agent tetap
melayani pelanggan yang menghubungi melalui channel telepon
dan email juga media sosial. Namun, sistem kerja serta hal –hal yang dilakukan
saat bekerja tidak terlepas dari aturan PSBB yang berlaku. Mulai dari
menggunakan masker sampai physical distancing, baik di
area work station maupun di area lain.
Management AstraWorld telah merumuskan pengaturan jarak tempat
duduk di seluruh work station contact centre agar
penerapan physical distancing dapat dijalankan dengan baik.
Hal ini pun sangat ditekankan oleh management AstraWorld kepada seluruh
karyawan untuk mematuhi aturan tersebut dengan baik, tujuannya adalah agar
kesehatan mereka tetap terjaga sehingga AstraWorld bisa menjalankan bisnisnya
dengan optimal. Tidak hanya di work station saja, ketika
para agent contact centre beristirahat di tempat yang telah
disediakan, aturan physical distancing juga diterapkan agar
mereka tidak berkumpul terlalu dekat antara satu dengan lainnya (AstraWorld,
2020). Salah satu strategi yang diterapkan oleh PT Astra International Tbk
adalah melakukan disiplin financial, yaitu mengupayakan peningkatan
efisensi. Di antaranya adalah dengan melakukan penyesuaian belanja modal di
tengah Pandemi Covid-19.
BAB III
IMPLEMENTASI NEW NORMAL LIFE DI PERUSAHAAN
3.1.
Pengaturan Shift Karyawan
Sistem shift karyawan merupakan suatu sistem pengaturan kerja yang memberi peluang
karyawan untuk memanfaatkan keseluruhan waktu yang tersedia
untuk mengoperasikan pekerjaan. Seluruhan waktu
yang ada ini diberikan batasan waktu
tertentu sesuai batas kerja maksimal dengan mempertimbangkan faktor keamanan
dan keselamatan pekerja dalam melakukan aktifitas pekerjaannya secara menerus. Dari adanya sistem perubahan waktu kerja ini memiliki potensi
yang cukup besar dimana kinerja karyawan agar berbeda jika dibandingkan dengan
waktu gilir normal. Maksud dalam penilaian terhadap kinerja karyawan adalah bagaimana kelompok kerja
bekerjasama dalam mencapai target produksi
sesuai dengan capaian target yang sudah ditentukan setiap periode. Produktivitas ini dinilai dari yang dihasilkan oleh para karyawan selama bekerja dengan waktu yang telah ditetapkan di masa pandemi Covid-19.
Dalam hal pembagian jam kerja, setiap karyawan dikelompokkan menjadi 2
kelompok berdasarkan jenis tugas dan tangungjawabnya, yaitu sebagai berkut :
a.
Kelompok Pertama
Termasuk dalam kelompok pertama ini adalah semua yang pekerjaannya tidak berhubungan
langsung dengan mesin-mesin produksi akan tetapi sangat berpengaruh terhadap
maju mundumya produksi dan kelangsungan hidup perusahaan.
b.
Kelompok Kedua
Termasuk dalam
kelompok ini adalah semua karyawan/pegawai yang kerjanya langsung berhubungan
dengan mesin-mesin produksi dan sangat mempengaruhi jalannya
proses produksi. Pembagian kerja kelompok ini didasarkan pada tugas-tugas kerja dari masing-masing mesin yang ditangani dan bertujuan agar tidak terjadi kejenuhan serta kelelahan kerja bagi
karyawan.
3.2.
Penetapan Jenis Pekerjaan yang Dapat
Dilakukan dari Rumah
Jenis pekerjaan yang penugasannya
bisa dilakukan dari
rumah (Work From Home) adalah pekerjaan yang berupa
kegiatan melaksanakan tugas kedinasan, menyelesaikan output, koordinasi, meeting,
dan tugas lainnya dari tempat tinggal pegawai. Pegawai yang mendapat penugasan
bekerja dari rumah (Work From Home) melaksanakan dan
melaporkan hasil pekerjaan sesuai dengan rencana kerja yang disepakati oleh
atasan langsung secara periodik. Adapun mekanisme komunikasi tugas selama
bekerja dari rumah (Work From Home) bisa menggunakan sarana TNDE
atau instrumen lain yang disepakati bersama di unit organisasi masing-masing.
Pegawai yang mendapatkan penugasan bekerja dari rumah (Work From Home),
harus tetap berada di termpat tinggalnya (KEMENPU-PR, 2020).
Sehubungan
dengan pemberlakuan kerja
dari rumah (Work From Home) di tengah wabah corona dapat dikaitkan dengan
ketentuan Pasal 86 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2013 tentang
Ketenagakerjaan, di mana setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh
perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja. Tugas karyawan
bermacam-macam, ada yang menjabat dibagian SDM, keuangan, karyawan yang
mengurus bahan-bahan produksi dan beberapa divisi lainnya. Tugas yang sekiranya
dapat dikerjakan dirumah yaitu tugas-tugas yang dapat dipantau dari jauh,
seperti bagian keuangan. Karyawan pada bagian keuangan bisa menggunakan laptop
dalam pengkerjaannya, beberapa masalah yang dialami perusahaan pada bidang
keuangan juga dapat didiskusikan lewat email atau social media lainnya.
Kemudian
juga pekerjaan
yang perusahaan alihkan dari rumah yaitu seperti meeting koordinasi via online.
Namun, untuk bagian operasional tetap bekerja secara normal tapi berjalan
dengan memperhatikan standar keselamatan dan kesehatan kerja yang ketat.
Penerapan social distancing, menjaga kebersihan dengan selalu cuci
tangan, dan penyemprotan disinfektan di tempat kerja dilakukan guna
meminimalisir adanya penyebaran virus corona. Dan menjadi tugas bagian SDM juga dapat memantau dari jauh. Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (2020) mengelompokkan pekerja
berisiko, di antaranya adalah a) risiko pajanan rendah, yaitu pekerjaan
yang aktivitas
kerjanya tidak sering berhubungan/kontak dengan publik (pelanggan, klien atau
masyarakat umum) dan rekan kerja lainnya. b) risiko
pajanan sedang, yaitu pekerjaan
yang sering berhubungan/kontak dengan
masyarakat umum, atau rekan kerja lainnya, pengunjung, klien atau pelanggan,
atau kontraktor. Dan c) risiko
pajanan tinggi, yaitu
pekerjaan atau tugas kerja yang berpotensi tinggi untuk kontak dekat dengan
orang-orang yang diketahui atau diduga terinfeksi COVID-19, serta kontak dengan
benda dan permukaan yang mungkin terkontaminasi oleh virus-virus salah satunya adalah Coronavirus Desease-19 (Covid-19).
3.3.
Merubah mekanisme dan prosedur kerja
New normal life bisa dibilang merupakan anugerah bagi para perusahaan
agar roda ekonominya kembali berputar dengan optimal. Namun, disisi lain dengan
semakin merebaknya wabah Covid-19, pemerintah pun memberi himbauan agar tetap
menjaga kebersihan dan memperhatikan prosedur kerja agar bisa meminimalisir
kontak fisik secara berlebihan. Karena memang sudah menjadi tanggung jawab
setiap perusahaan dalam memberikan perlindungan bagi karyawan. Perlindungan
tersebut telah diatur dalam Pasal 35 ayat (3) UndangUndang Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan yang berbunyi : “Pemberi kerja sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dalam mempekerjakan tenaga kerja wajib memberikan perlindungan
yang mencakup kesejahteraan, keselamatan, dan kesehatan baik mental maupun
fisik tenaga kerja.”
Protokal kesehatan juga menjadi himbauan penting bagi
para perusahaan sektor aneka industri. PT Astra Internatioal TBk, PT Indorama
Syntetich dan perusahaan-perusahaan lain yang menjadi bagian dari sektor aneka
industri telah menerapkan prinsip physycal distancing, penggunaan masker dan pengenaan alat pelindung diri berdasarkan
regulasi yang telah dihimbau oleh
pemerintah. Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (2020) juga telah memberikan
arahan terkait mekanisme kerja di era wabah Covid-19 ini. Di antaranya adalah
meminta agar tempat kerja selalu
memastikan seluruh area kerja bersih dan higienis dengan melakukan pembersihan
secara berkala menggunakan pembersih dan desinfektan yang sesuai (setiap 4 jam
sekali), menjaga
kualitas udara tempat kerja dengan mengoptimalkan sirkulasi udara dan sinar
matahari masuk ruangan kerja, pembersihan filter AC.
Dan juga meminta agar pihak manajemen/tim penanganan COVID-19 di
tempat kerja selalu memperhatikan informasi terkini serta himbauan dan
instruksi Pemerintah Pusat dan Daerah terkait COVID-19 di wilayahnya, serta
memperbaharui kebijakan dan prosedur terkait COVID-19 di tempat kerja sesuai
dengan perkembangan terbaru. Adapun bagi para karyawan
dihimbau agar selalu menerapkan pola hidup bersih dan Sehat saat di rumah,
dalam perjalanan ke dan dari tempat kerja dan selama di tempat kerja.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Sektor
Aneka Industri merupakan kelompok emiten yang terbesar dibandingkan kelompok
industri yang lain yang sudah ada, dengan asumsi semakin besar objek yang
diamati maka akan semakin akurat hasil kajian. Terdiri dari 5 sub sektor, yakni Sub Sektor
Tekstil dan Garment, Sub Sektor Otomotif dan Komponen, Sub Sektor Alas Kaki,
Sub Sektor Kabel dan Sub Sektor Elektronika. Sebagai perusahaan dengan skala terbesar, sektor Aneka
Industri betul-betul mempertimbangkan dan memperhatikan mekanisme dan prosedur
kerja di masa pandemi Covid-19.
Beberapa perusahaan atau
pabrik pun akhirnya bisa menugaskan beberapa karyawannya di beberapa divisi untuk
melakukan pekerjaannya dari rumah. Walau pun tidak semua divisi dapat
mengerjakan pekerjaannya dari rumah. Namun setidaknya hal itu dapat mengurangi
karyawan yang terkena dampak dari pandemic covid19. Di
tengah situasi new normal life bukan berarti semuanya serba bebas dan
normal seperti biasanya. Justru perusahaan harus terus membuat kebiajakn yang
sesuai untuk para karyawan. Dengan pandemi Covid-19 yang masih ada ini, maka perusahaan
dituntut harus memikirkan bagaimana cara agar tetap bisa melakukan produksi
tanpa mengabaikan kesehatan dan keselamatan karyawannya.
4.2. Rekomendasi
Dengan kebijakan new
normal life ini, para pelaku industri hendaknya
selalu berpedoman kepada
protokol-protokol
kesehatan
yang sudah ditetapkan oleh pemerintah dan teap harus
mengutamakan kesehatan dan kenyamanan para karyawan. Adapun
bagi karyawan karyawan
juga hendaknya
tetap harus menjaga kebersihan diri dan lingkungan, serta menjalankan
tugas-tugasnya dengan optimal kendati dengan prosedur
yang yang tidak sama dengan sebelumnya.
Daftar Pustaka
Alfatha, M. Y., & Yuniawan,
A. (2013). Analisi Pengaruh Lingkungan Kerja Non Fisik dan Mutu Informasi
Terhadap Produktivitas Karyawan dengan Perilaku Adaptif sebagai Variabel
Intervening. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9),
1689–1699. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Andre, O. (2013). Pengaruh
Profitabilitas, Likuiditas dan leverage dalam memprediksi Financial Distress
(Studi Empiris pada Perusahaan Aneka Industri yang Terdaftar di BEI).
Universitas Negeri Padang.
Andrei Shleifer, & Vishny, R.
W. (1997). A Survey of Corporate Governance Andrei. PhD Proposal, 1(2),
737–783. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Aslam, A., Riani, A. L., &
Widodo, G. P. (2005). Pengaruh Perilaku Kerja, Lingkungan Kerja, dan Interaksi
Sosial Terhadap Kepuasan Kerja. Jurnal Manajemen Dan Pelayanan Farmasi, 3(3),
167–174.
Contact Centre AstraWorld
Terapkan Physical Distancing pada Masa PSBB. (2020). Retrieved from AstraWorld
website: https://www.astraworld.com/NewsAndEventDetail?code=Gdlgk2G2UUxY9RMUpJ08oA%3D%3D
Haryadi, D. D., & Baidun, A.
(2016). Pengaruh Psychological Capital dan Kecerdasan Emosi Terhadap Stres
Kerja. TAZKIYA Journal of Psychology, 4(2), 33–54.
Hery. 2010. Potret
Profesi Audit Internal. Bandung : Alfabeta.
Litbangkes. (2020). Panduan
Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) di Tempat
Kerja Perkantoran dan Industri dalam Mendukung Keberlangsungan Usaha pada
Situasi Pandemi. Jakarta: Badan Litbbangkes Kementrian Kesehatan RI.
Maulana, T. (2012). Analisa
Perilaku Kerja Karyawan Di De Boliva Surabaya Town Square. Jurnal
Hospitality Dan Manajemen Jasa, 1, 563–577.
Macey, J. R., & O`hara, M.
(2006). The corporate governance of banks. Journal of Financial Regulation
and Compliance, 14(4), 375–382. https://doi.org/10.1108/13581980610711144
KEMENPU-PR. (2020). Penanganan
Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) di Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat. Jakarta: Litbang PU.
PT Indo-Rama Synthetics
Merumahkan Sekitar 400 Karyawannya, Imbas Dari Wabah Corona. (2020). Retrieved
from News Purwakarta website: https://newspurwakarta.com/pt-indo-rama-synthetics-merumahkan-sekitar-400-karyawannya-imbas-dari-wabah-corona/
Rahmini, A. (2016). Pengaruh
Return on Asset (ROA), kepemilikan Institusional, Komisaris Independen, Ukuran
Perusahaan dan Kompensasi Rugi Fiskal Terhadap Tax Avoidance (Studi Empiris:
Perusahaan Manufaktur Sektor Aneka Industri yang Terdaftar di BEI 2013-2016).
UIN Suska Riau.
Raja, A. N. L., & Utami H, D.
N. (2015). Analysis System Quality Control and Capability Processe with Cost
PT INDORAMA SYNTHETICS Tbk. 1–7.
Rohadi, T. T., Haryono, A. T.,
Paramita, P. D., Jurusan, M., Fakultas, M., Dan, E., … Manajemen, J. (2016).
Pengaruh Kemampuan Adaptasi Dengan Lingkungan, Perilaku Masyarakat Dan Stres
Kerja Terhadap Produktivitas Yang Berdampak Pada Kinerja Pemetik Teh (Studi
kasus di Perkebunan Teh Medini Kabupaten Kendal). Journal Of Management,
2(2).
Setiawan, S. B.
(2020). Pengaruh Perubahan Waktu Gilir Kerja Sebagai Dampak Covid-19 Terhadap
Kinerja Karyawan (Studi Kasus : Pt. Nusa Halmahera Mineral, Maluku
Utara). Jurnal Manajemen Pendidikan Dan Ilmu Sosial, 234-243.
Sudarwan, I. A. (2020). Langkah
Awal Dirut Astra (ASII) Djony Bunarto: Disiplin Finansial! Retrieved from
Market Bisnis website: https://market.bisnis.com/read/20200616/192/1253266/langkah-awal-dirut-astra-asii-djony-bunarto-disiplin-finansial-
Suswati, E. (2012). Karakteristik
Individu dan Karakteristik Organisasi Pengaruhnya Terhadap Motivasi dan Kinerja
Bidan Pada Rumah Sakit Umum Pemerintah Daerah Tapal Kuda Jawa Timur. Pekan
Ilmiah Dosen FEB, 197–230. Retrieved from
http://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1290/5/PROS_Endang
S_Karakteristik Individu dan Karakteristik Organisasi_Full text.pdf
Sutedi, Adrian.
2011. Good Corporate Governance. Jakarta : Sinar Grafika.
Tim Edusaham, Perusahaan Sektor
Aneka Industri yang Terdaftar di BEI 2019. (2020). Retrieved from Tim Edusaham
website: https://www.edusaham.com/2019/04/perusahaan-sektor-aneka-industri-yang-terdaftar-di-bei.html
Triaryati, N. (2002). Pengaruh
Adaptasi KEbijakan Work Family Issue Terhadap Absence dan Turnover. Jurnal
Widya Manajemen Dan Akuntansi, 2(3), 241–254.
Utami, A. D. (2016). Laporan
Kerja Praktik; Pt Indo-Rama Synthetics Tbk . Divisi Polyester CP-2 Purwakarta ,
Jawa Barat.
Wareza, M. (2020). Penjualan
Kendaraan Diramal Drop 40%, Astra: Tak Ada PHK. Retrieved from CNBC Indonesia
website: https://www.cnbcindonesia.com/market/20200408145911-17-150646/penjualan-kendaraan-diramal-drop-40-astra-tak-ada-phk
Watts, R. L. (2003). Conservatism
in accounting part I: explanations and implications. Accounting Horizons,
17(3), 207–221.
Widiarti, D., & Baidun, A.
(2016). Pngaruh Modal Psikologis, Komitmen Organisasi dan Iklim Organisasi
Terhadap Kesiapan dalam Menghadapi Perubahan. TAZKIYA Journal of Psychogy,
4(1), 89–102.
Widodo, H. S. T., &
Triwanggono, A. (2018). Karakteristik Budaya Organisasi, Kemampuan Adaptasi,
Dan Kinerja Usaha Mikro Kecil Menengah. EXERO : Journal of Research in
Business and Economics, 1(1), 90–110.
https://doi.org/10.24071/exero.2018.010105
mantapp
ReplyDelete