Analisis Jabatan - Sektor Aneka Industri

07:55


PERILAKU KERJA (ADAPTASI DAN TATA KELOLA) PADA KARYAWAN SEKTOR ANEKA INDUSTRI MASA NEW NORMAL LIFE


Makalah Analisis Jabatan



Dosen Pengampu
Drs. Akhmad Baidun, M.Si




Disusun Oleh:
Farid Jamaludin  (11160700000046)




FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2020




Kata Pengantar
Alhamdulillah, puji syukur kami kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala, berkat rahmat dan karuniaNya penyusunan makalah yang bertema “Perilaku Kerja (Adaptas dan Tata Kelola) pada Karyawan Aneka Industri Masa New Normal Life ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Terima kasih kami haturkan kepada semua pihak yang terlibat membantu dalam penyusunan makalah ini terutama dosen pembimbing mata kuliah Analisis Jabatan, Bapak Drs. Akhmad Baidun, M. Si., yang senantiasa membimbing, mengarahkan dan mencurahkan ilmunya kepada kami hingga penyusunan makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari segala keterbatasan, dengan kelebihan dan kekurangan dalam penyusunannya, kami berharap bisa dimaklumi. Demikian makalah ini kami buat dengan sebaik mungkin. Mudah-mudahan bisa menjadi bahan wacana dan menambah informasi bagi pembaca sekalian, Amin.


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.   Pengertian
1.1.1. Perilaku Kerja
Perilaku kerja adalah tanggapan atau reaksi individu yang timbul baik berupa perbuatan atau sikap maupun anggapan seseorang terhadap pekerjaannya, kondisi kerja yang di alami di lingkungan kerja serta perlakuan pimpinan terhadap karyawan itu sendiri (Theedens, 1996). Perilaku kerja juga bisa dilihat lewat perbedaan gender, Maulana (2013) menjelaskan bahwa untuk menciptakan perilaku kerja yang baik harus memperhatikan komunikasi pria dan wanita, perasaan di tempat kerja menetapkan batasan dalam tiap perilaku kerja, serta mengingat berbagai perbedaan yang ada. Adapun menurut Suswati (2012), perilaku kerja yang terdapat dalam budaya organisasi berpengaruh terhadap motivasi dan kepuasan kerja serta kinerja bidan pada RSUD Tapal Kuda, Jawa Timur.
Dengan mengerti perilaku kerja para karyawan, perusahaan akan mudah dalam mengatur serta memahami para karyawannya dengan tujuan menciptakan lingkungan kerja yang konsisten dan positif, sehingga semua kegiatan dalam perusahaan berjalan dengan baik dan dapat membuat profit kepada perusahaan. Menurut Sinamo (2002) perusahaan akan sukses jika para karyawannya dapat menjalankan 8 paradigma kerja utama yaitu bekerja tulus, bekerja tuntas, bekerja benar, bekerja keras, bekerja serius, bekerja kreatif, bekerja unggul, dan bekerja sempurna (Maulana, 2013).

Menurut Griffths (20014)Terdapat empat indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui perilaku kerja. Di antaranya, Social relationships (hubungan sosial), yaitu Seorang pekerja harus memiliki hubungan sosial yang baik dengan pekerja yang lain, di mana masing-masing pekerja harus mengawasi rekan kerja agar bertindak di jalan yang benar dan mengingatkan apabila ada kesalahan. Kemudian Vocational skill, yaitu Keahlian yang miliki seseorang sesuai dengan pekerjaannya, misalnya seseorang dengan keahlian memasak cocok untuk menjadi seorang Chef. Kemudian juga Work motivation, yaitu adanya kemauan untuk bekerja untuk mencapai suatu tujuan tertentu seperti kebutuhan fisiologi, rasa aman, cinta, harga diri, dan aktualisasi diri. Dan  Initiative—confidence, yaitu dalam perilaku kerja yang baik harus memupuk rasa percaya diri yang penuh serta mengambil inisiatif bahwa semua pekerjaan dapat dilaksanakan sesuai dengan job description yang ada.

1.1.1. Adaptasi
Menurut Denison (1995), teori adaptasi meletakkan penekanan pada kemampuan organisasi untuk menerima, menafsirkan dan menerjemahkan gangguan dari lingkungan luar ke norma internal yang mengarah pada kelangsungan hidup atau kesuksesan. Ada beberapa cara penyesuaian diri yang dapat dilakukan, yaitu dengan cara penyesuaian bentuk organ tubuh, penyesuaian kerja organ tubuh, dan tingkah laku dalam menanggapi perubahan lingkungan. Kemampuan beradaptasi merupakan suatu perilaku yang sangat kompleks karena didalamnya melibatkan sejumlah fungsi dan intelektual. Misalnya: penalaran, ingatan kerja, dan belajar keterampilan makin tinggi. (Muhammad, 2013; Rohadi, 2016).
Tiga aspek kunci dari kemampuan beradaptasi adalah persepsi dan respon terhadap lingkungan eksternal, kemampuan untuk menanggapi pelanggan internal dan reaksi cepat baik terhadap pelanggan internal dan eksternal (Suseno, 2018). Perilaku adaptif dikatan sebagai kemampuan karyawan untuk beradaptasi dengan lingkungan pekerjaannya. Perilaku ini dapat dilihat dari beberapa indikator yang mempengaruhi karyawan. Salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan karyawan dalam beradaptasi dengan lingkungan pekerjaannya adalah lingkungan kerja dalam perusahaan. Di sisi lain, karyawan mesti menyesuaikan diri dengan lingkungan perusahaan. Penyesuaian ini lazim disebut adaptasi. Dalam beradaptasi, karyawan memerlukan faktor-faktor pendukung supaya adaptasi karyawan berjalan dengan baik.
Adaptasi merupakan proses yang harus dijalani setiap tenaga kerja ketika bekerja di suatu tempat. Perbedaan lingkungan, gaya bekerja, budaya organisasi menjadi faktor yang harus disesuaikan oleh pekerja. Menurut Alfatha (2018) proses adaptasi ini menjadi penentu kinerja karyawan di awal-awal bekerja. Dalam beberapa kasus, perilaku adaptif karyawan menentukan masa depan karyawan di suatu perusahaan. Bila karyawan berhasil bertahan dalam adaptasi maka karirnya akan baik kedepannya. Agar kinerja perusahaan baik maka diperlukan upaya-upaya yang dapat yang meningkatkan kinerja itu. Upaya yang dapat dilakukan antara lain dengan mewujudkan lingkungan kerja yang nyaman, aman, kondusif, dan menyenangkan. Karyawan akan merasa kerasan berada di dalam lingkungan kerjanya dan akan mempengaruhi produktivitas kerja yang dimilikinya. Lebih jelas lagi Alfatha (2018) juga menjelaskan bahwa pekerjaan akan diselesaikan dengan baik, lebih tepat waktu dan karyawan akan merasa bahagia selama bekerja di kantor.
Akhir-akhir Dewasa ini arus globalisasi dengan didorong pesatnya infomasi yang bermutu membuat pekerja melakukan adaptasi. Studi yang dilakukan Elaine Pulakos (2015) mengungkapkan bahwa saat ini karakteristik perusahaan sudah berubah, yaitu lingkungan yang dinamis menyebabkan pekerja harus lebih adaptif untuk tetap bekerja secara maksimal. Contohnya, pekerja harus mulai melakukan pekerjaannya dengan cara yang berbeda, yang pasti lebih efektif dan efisien untuk memaksimalkan hasilnya. Pekerja harus lebih flesibel, cakap, dan toleran terhadap ketidakpastian dari dinamisnya lingkungan kerja. Menyesuaikan diri dengan arus informasi yang selalu berkembang menjadi alasan mengapa individu dan organisasi melakukan adaptasi. Adaptasi adalah suatu penyesuaian pribadi terhadap lingkungan, penyesuaian ini dapat berarti mengubah diri pribadi sesuai dengan keadaan lingkungan, juga dapat berarti mengubah lingkungan sesuai dengan keinginan pribadi (Gerungan,1991).
Adaptasi yang pertama disebut penyesuaian diri yang autoplastis (auto artinya sendiri, plastis artinya bentuk), sedangkan pengertian yang kedua disebut penyesuaian diri yang allopstatis (allo artinya yang lain, palstis artinya bentuk). Jadi adaptasi ada yang artinya “pasif” yang mana kegiatan pribadi ditentukan oleh lingkungan, dan ada yang artinya “aktif”, yang mana pribadi mempengaruhi lingkungan Di dalam adaptasi juga terdapat pola-pola dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan. Menurut Suyono (1985), pola adalah suatu rangkaian unsur-unsur yang sudah menetap mengenai suatu gejala dan dapat dipakai sebagai contoh dalam hal menggambarkan atau mendeskripsikan gejala itu sendiri.
Berdasarkan beberapa definisi diatas, pola adaptasi dalam penelitian ini adalah sebagai unsur-unsur yang sudah menetap dalam proses adaptasi yang dapat menggambarkan proses adaptasi dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam interaksi, tingkah laku maupun dari masing-masing adatistiadat kebudayaan yang ada. Proses adaptasi berlangsung dalam suatu perjalanan waktu yang tidak dapat diperhitungkan dengan tepat. Kurun waktunya bisa cepat, lambat, atau justru berakhir dengan kegagalan. Jadi adaptasi bisa diartikan sebagai suatu proses perubahan yang menyertai individu dalam berespon terhadap perubahan yang ada di lingkungan dan dapat mempengaruhi keutuhan tubuh baik secara fisiologis dan fsikologis yang akan menghasilkan perilaku adiptif.

1.1.1. Tata Kelola
Tata kelola atau yang lebih akrab dengan Corporate governance muncul karena terjadi pemisahan antara kepemilikan dengan pengendalian perusahaan, atau seringkali dikenal dengan istilah masalah keagenan. Permasalahan keagenan dalam hubungannya antara pemilik modal dengan manajer adalah bagaimana sulitnya pemilik dalam memastikan bahwa dana yang ditanamkan tidak diambil alih atau diinvestasikan pada proyek yang tidak menguntungkan sehingga tidak mendatangkan return. Corporate governance diperlukan untuk mengurangi permasalahan keagenan antara pemilik dan manajer (Macey dan O’Hara, 2003).
Shleifer dan Vishny (1997) menyatakan bahwa corporate governance yang merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan. Corporate governance berkaitan dengan bagaimana para investor yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi mereka, yakin bahwa manajer tidak akan mencuri/menggelapkan atau menginvestasikan ke dalam proyek-proyek yang tidak menguntungkan berkaitan dengan dana/kapital yang telah ditanamkan oleh investor, dan berkaitan dengan bagaimana para investor mengontrol para manajer. Dengan kata lain corporate governance diharapkan dapat berfungsi untuk menekan atau menurunkan biaya keagenan (agency cost).
Corporate Governance adalah rangkaian proses terstruktur yang digunakan untuk mengelola serta mengarahkan atau memimpin bisnis dan usahausaha korporasi dengan tujuan untuk meningkatkan nilai-nilai perusahaan serta kontinuitas usaha. Terdapat beberapa pemahaman tentang pengertian Corporate Governance yang dikeluarkan beberapa pihak baik dalam perspektif yang sempit (shareholder) dan perspektif yang luas (stakeholders, namun pada umumnya menuju suatu maksud dan pengertian yang sama. Watts (2003) menyatakan bahwa salah satu cara yang di gunakan untuk memonitor masalah kontrak dan membatasi perilaku opportunistic manajemen adalah corporate governance. Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) dalam Hery (2010) mendefinisikan Corporate Governance  sebuah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengendalikan perusahaan. Tujuan Corporate Governance ialah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders).
Adapun berdasarkan Pasal 1 Surat KEPMEN BUMN No. KEP-117/M-MBU/2002 tgl 31 Juli 2002 tentang penerapan GCG pada BUMN yang dalam Effendi (2009), menyatakan : “Corporate Governance adalah suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan nilai-nilai etika.
Ditambahkan lagi, Sutedi (2011) mendefinisikan Corporate Governance sebagai suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ perusahaan (Pemegang Saham/Pemilik Modal, Komisaris, dewan Pengawas dan Direksi) untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas 8 perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundang-undangan dan nilai-nilai etika. Tata kelola perusahaan diproksi dengan latar belakang keahlian akuntansi atau keuangan komite audit, proporsi direktur independen, kompensasi eksekutif, kepemilikan publik, dan kepemilikan saham terbesar (Puspita & Harto, 2014).

1.1.2. Sektor Aneka Industri
Perusahaan manfaktur merupakan suatu usaha industri yang bergerak dalam mengelola barang mentah menjadi barang jadi. Indonesia dengan sumber daya yang melimpah melahirkan banyak perusahaan manufaktur yang mengelolah sumber daya, baik yang menghasilkan barang jadi maupun setengah jadi. Salah satu kelompok industri manufaktur adalah pada sektor aneka Industri merupakan salah satu bagian dari sektor perusahaan manufaktur yang terdapat di Indonesia. Hampir semua sub sektor yang ada pada sektor aneka Industri merupakan para produsen dari produk-produk kebutuhan mendasar konsumen. Produk-produk yang dihasilkan tersebut bersifat konsumtif dan disukai orang sehingga para produsen dalam industri ini memiliki tingkat penjualan yang tinggi yang berdampak pula pertumbuhan sektor industri ini.
Sektor aneka Industri terdiri dari 5 sub sektor, yakni Sub Sektor Tekstil dan Garment, Sub Sektor Otomotif dan Komponen, Sub Sektor Alas Kaki, Sub Sektor Kabel dan Sub Sektor Elektronika. Sektor aneka industri diklasifikasi karena perusahaan sektor ini bersiklus, dikatakan bersiklus dimana permintaannya yang dapat berubah-ubah terutama industri otomotif. Intinya, sektor aneka industri adalah kumpulan dari berbagai atau aneka perusahaan industri manufaktur yang tingkat permintaannya fluktuatif. Sektor Aneka Industri merupakan kelompok emiten yang terbesar dibandingkan kelompok industri yang lain yang sudah ada, dengan asumsi semakin besar objek yang diamati maka akan semakin akurat hasil kajian (Saragih, 2015). Dari hasil penelitian, nilai maksimum current ratio pada Perusahaan Sektor Aneka Industri yang listing di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013 mencapai angka 4,018 atau 401% dimiliki oleh perusahaan Indo Kordsa pada tahun 2010, ini berarti pada tahun 2010 perusahaan tersebut mampu untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya tersebut sebesar 401%. Perusahaan tersebut mampu mengurangi ketidak pastian bagi investor karena memiliki aset lancar yang baik. Sektor aneka industri merupakan sektor yang rawan hancur ketika terjadi krisis karena krisis bisa melemahkan permintaan akan produk dari industri yang bisa berakibat kerugian bagi perusahaan di dalamnya.
Sektor aneka industri jadi pendorong utama penguatan IHSG. Pertumbuhan pasar sektor aneka industri di Indonesia periode 2011 hingga 2015 mengalami peningkatan dan penurunan. Di tahun 2011 pasar sektor aneka industri tumbuh 44% dibandingkan tahun sebelumnya, pertumbuhan sektor ini berdampak terhadap peningkatan pendapatan perusahaan yang bergerak di manufaktur. Pertumbuhan pasar aneka industri pada tahun 2012 hingga pertengahan pertama 2014 merupakan puncak pertumbuhan, terbukti dari para investor yang lebih memilih untuk menanamkan investasi saham di sektor aneka industri (Indonesia investment, 2015). Sektor aneka indsutri di Indonesia pada tahun 2014 pada pertengahan tahun ketiga mengalami penurunan dikarenakan perekonomian Indonesia sedang melambat. Kondisi ini berlanjut hingga tahun 2015. Bisnis sektor aneka industri berada pada titik jenuh yang didukung oleh penurunan nilai rupiah, kondisi ekonomi dan Indonesia yang melemah, sehingga penjualan di sektor aneka industri di tahun 2015 terlihat lesu dan berdampak ke IHSG semakin menurun (Indonesia Investment, 2015).
Berikut ini adalah daftar perusahaan sektor aneka industri yang terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia) tahun terbaru, terhitung April 2019.
A.    Subsektor Otomotif & Komponen
Ada 13 perusahaan sektor aneka industri dengan subsektor otomotif & komponen, yaitu sebagai berikut.

No
Kode
Nama Emiten
Tanggal Pencatatan
1
ASII
Astra International Tbk
04/04/1990
2
AUTO
Astra Otoparts Tbk
15/06/1998
3
BOLT
Garuda Metalindo Tbk
07/07/2015
4
BRAM
Indo Kordsa Tbk
05/09/1990
5
GDYR
Goodyear Indonesia Tbk
01/12/1980
6
GJTL
Gajah Tunggal Tbk
08/05/1990
7
IMAS
Indomobil Sukses Internasional Tbk
15/09/1993
8
INDS
Indospring Tbk
10/08/1990
9
LPIN
Multi Prima Sejahtera Tbk
05/02/1990
10
MASA
Multistrada Arah Sarana Tbk
09/06/2005
11
NIPS
Nipress Tbk
24/07/1991
12
PRAS
Prima Alloy Steel Universal Tbk
12/07/1990
13
SMSM
Selamat Sempurna Tbk
09/09/1996

B.     Subsektor Tekstil dan Garmen
Ada 18 perusahaan sektor aneka industri dengan subsektor tekstil dan garmen, sebagai berikut.
No
Kode
Nama Emiten
Tanggal Pencatatan
1
ARGO
Argo Pantes Tbk
07/01/1991
2
BELL
Trisula Textile Industries Tbk
03/10/2017
3
CNTX
Century Textile Industry Tbk
22/05/1979
4
ERTX
Eratex Djaja Tbk
21/08/1990
5
ESTI
Ever Shine Tex Tbk
13/10/1992
6
HDTX
Panasia Indo Resources Tbk
06/06/1990
7
INDR
Indo-Rama Synthetics Tbk
03/08/1990
8
MYTX
Asia Pacific Investama Tbk
10/10/1989
9
PBRX
Pan Brothers Tbk
16/08/1990
10
POLY
Asia Pacific Fibers Tbk
12/03/1991
11
RICY
Ricky Putra Globalindo Tbk
22/01/1998
12
SRIL
Sri Rejeki Isman Tbk
17/06/2013
13
SSTM
Sunson Textile Manufacture Tbk
20/08/1997
14
STAR
Star Petrochem Tbk
13/07/2011
15
TFCO
Tifico Fiber Indonesia Tbk
26/02/1980
16
TRIS
Trisula International Tbk
28/06/2012
17
UNIT
Nusantara Inti Corpora Tbk
18/04/2002
18
ZONE
Mega Perintis Tbk
12/12/2018

C.     Subsektor Mesin & Alat Berat
Ada empat (4) perusahaan sektor aneka industri dengan subsektor mesin & alat berat, sebagai berikut.
No
Kode
Nama Emiten
Tanggal Pencatatan
1
GMFI
Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk
10/10/2017
2
KPAL
Steadfast Marine Tbk
08/06/2018
3
AMIN
Ateliers Mecaniques D’Indonesie Tbk
10/12/2015
4
KRAH
Grand Kartech Tbk
08/11/2013

D.    Subsektor Elektronika
Ada dua (2) perusahaan sektor aneka industri dengan subsektor elektronika, sebagai berikut.
No
Kode
Nama Emiten
Tanggal Pencatatan
1
PTSN
Sat Nusapersada Tbk
08/11/2007
2
JSKY
Sky Energy Indonesia Tbk
28/03/2018

E.     Subsektor Kabel
Ada enam (6) perusahaan sektor aneka industri dengan subsektor kabel, sebagai berikut.
No
Kode
Nama Emiten
Tanggal Pencatatan
1
IKBI
Sumi Indo Kabel Tbk
21/01/1991
2
JECC
Jembo Cable Company Tbk
18/11/1992
3
KBLI
KMI Wire & Cable Tbk
06/07/1992
4
KBLM
Kabelindo Murni Tbk
01/06/1992
5
SCCO
Supreme Cable Manufacturing &
Commerce
20/07/1982
6
VOKS
Voksel Electric Tbk
20/12/1990

F.      Subsektor Alas Kaki
Ada dua (2) emiten sektor aneka industri dengan subsektor alas kaki, sebagai berikut.
No
Kode
Nama Emiten
Tanggal Pencatatan
1
BIMA
Primarindo Asia Infrastructure Tbk
30/08/1994
2
BATA
Sepatu Bata Tbk
24/03/1982

1.1.   Alur proses produksi  Sektor Aneka Industri
Salah satu yang termasuk dalam sektor Aneka Industri adalah PT. Indorama Synthetics tbk. Ia adalah salah satu perusahan tekstil terbesar yang ada di Indonesia yang berfokus pada pembuatan benang dan polyester. Tipe perusahan yang memiliki staretegi produksi make to order ini sangat memerlukan proses pengendalian kualiatas dalam menjaga kesetiaan dan loyalitas dari para pelanggannya. PT. Indorama Synthetics Tbk melakukan proses produksi dengan menggunakan mesin-mesin yang kontinyu dan automatic. Adapun untuk alur proses produksi berdasarkan literatur yang digali oleh penulis adalah sebagai berikut.

1.1.1. Bahan
Bahan baku merupakan salah satu aspek penting dalam suatu proses produksi di industri. Kualitas bahan baku yang baik akan menghasilkan produk dengan kualitas yang baik pula. Bahan baku yang digunakan PT Indorama Synthetics Tbk. Divisi Polyester CP-2 diuji spesifikasinya terlebih dahulu oleh QCC Department (Quality Control Chemical) agar sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. Bahan baku utama yang digunakan terdiri dari Purified Terepthalic Acid (PTA), Mono Ethylene Glycol (MEG), dan Isopthalic Acid (IPA). Adapun untuk bahan baku penunjang yakni katalis berupa Antimony Trioxide (Sb2O3). Katalis berfungsi mempercepat reaksi polimerisasi dalam proses pembuatan polyester dan dapat menarik kadar logam yang ada pada polimer. Kelarutan Sb2O3 dalam glycol sangat rendah sehingga perlu dilakukan proses pemanasan agar dapat larut. Katalis yang digunakan berasal dari Nihon Seiko Co, LTD dan dikemas dalam bag (± 25 kg/bag). Serta bahan penolong yang digunakan adalah Inhibitor, U1 (Carbon Black), Toner Red dan Toner Blue, Therminol VP 1, Diethylene Glycol (DEG) dan Stability Ethyle Glycol (EG).

1.1.2. Produk
Terdapat 3 jenis produk yang dihasilkan oleh Poly CP-2 yakni produk utama, produk samping dan waste. 3.1.4.1. Produk Utama Produk utama dari Poly CP-2 berupa polimer dalam bentuk chips. Chips yang dihasilkan ada 2 yakni yang berasal dari proses CP (Continous Process) dan SSP (Solid State Polycondensation). Untuk jenis chips yang dihasilkan bergantung pada permintaan konsumen.

1.1.3. Persiapan Pembuatan Aditif
Pembuatan bahan aditif dilakukan ketika level cairan pada tiap feed tank telah mancapai >40% dan proses pembuatan bahan aditif menggunakan batch.

1.1.4. Continous Process (CP)
Terdapat beberapa tahapan yaitu proses pembuatan pasta, proses esterifikasi, proses polimerisasi dan proses di chipper. PTA yang digunakan oleh Poly CP-2 berasal dari Poly CP-1 yang disimpan dalam outdoor silo. Sehingga diperlukan sistem conveying untuk mengirimkan PTA. Proses transfer menggunakan nitrogen dengan konsentrasi 0,4 % yang berasal dari Utility Department. PTA dikemas dalam 2 bentuk yakni curah (± 21,5 ton/kontainer) dan bag (± 1 ton/bag). Kenaikan sudut kontainer disesuaikan dengan jatuhnya PTA ke tangki Q01. PTA dari kontainer dialirkan kedalam tangki Q01 selama ± 15 menit. Setelah tangki Q01 berisi PTA seberat 7 ton secara otomatis PTA akan ditransfer ke silo outdoor Q04 dan Q05 menggunakan nitrogen dari compressor dengan tekanan 3,6 bar. Silo Q04 dan Q05 memiliki 10 plate atau setara 295 ton. Untuk PTA dari bag masuk melalui melalui tangki Q02. Setelah tangki Q02 berisi PTA seberat 2,5 ton akan di transfer ke silo Q07 menggunakan nitrogen 2,5 bar. PTA dari silo Q04, Q05 dan Q07 menuju channel yang terhubung dengan silo Q03, aliran PTA diatur oleh rotary valve sebelum masuk ke dalam channel. PTA dari silo Q03 ditransfer menggunakan nitrogen 3,8 bar ke dalam silo indoor yang terdapat di Poly CP-2. PTA bulk dari Poly CP-2 juga masuk ke silo Q03 bila terjadi masalah pada sistem conveying PTA dari Poly CP-1. Kemudian terus hingga proses pembuatan pasta, kemudian proses esterifikasi, proses polimerasasi, hingga chipper.

1.1.5.  Solid State Polycondensation Continuous (SSP)
Proses solid state polycondensation adalah proses untuk meningkatkan IV amorphous yang dihasilkan dari continuous process. Selain itu untuk menghilangkan asetaldehid yang masih terkandung didalam chips amorphous sampai < 0,8 ppm.

1.1.6. Pendingin Produk
Chips ditransfer ke unit pendingin yaitu fluidized bed cooler (1414-S01). Fungsinya untuk menurunkan temperature chips yang tinggi dan mengambil kotoran yang masih menempel di chips. Prinsip fluidized bed cooler adalah mengalirkan nitrogen dingin karena telah didinginkan oleh heat exchanger chilled water (1414-H02) dan cooling water (1414-H01). Temperatur nitrogen di kontrol secara otomatis dengan mengatur laju alir chiller water yang masuk ke heat exchanger. Chips yang telah dingin dan mengalami fluidisasi masuk ke chips purge tank I (1414- T01). Nitrogen akan difiltrasi oleh N2 filter I dan II (1414-F01) dan (1414-F02) sehingga Nitrogen dapat digunakan kembali. Bila chips purge tank II (1414-T02) sudah mencapai LAL (Level Alarm Low) maka chips otomatis masuk ke chips purge tank II dan bila tangki mencapai LAH (Level Alarm High) maka chips secara otomatis masuk ke conveying system menuju bagging.
Pada saat proses pemanasan chips berlangsung, dilakukan break vakum secara berkala selama ±1 jam. Ketika dilakukan break vakum maka nitrogen akan diinjeksikan ke dalam reaktor sehingga udara tidak masuk ke dalam reaktor. Ketika proses pemanasan telah selesai dilakukan proses pendinginan sehingga suhu chips turun menjadi 1500C. Ketika proses pemanasan, mobileterm akan di lewatkan ke heat exchanger untuk dilakukan pemanasan menggunakan dowterm. Pada saat proses pendinginan, mobileterm dilewatkan pada Heat Exchanger untuk dilakukan proses pendinginan menggunakan cooling water. Kemudian chips didorong oleh udara dari blower conveying menuju hot silo (D 92- 01). Setelah LAH silo tercapai maka valve akan terbuka dan chips dialirkan menuju silo Pada saat proses pemanasan chips berlangsung, dilakukan break vakum secara berkala selama ±1 jam. Ketika dilakukan break vakum maka nitrogen akan diinjeksikan ke dalam reaktor sehingga udara tidak masuk ke dalam reaktor. Ketika proses pemanasan telah selesai dilakukan proses pendinginan sehingga suhu chips turun menjadi 1500C. Media pemanas dan pendingin pada tumble drayer yakni mobileterm yaitu terminol 506. Ketika proses pemanasan, mobileterm akan di lewatkan ke heat exchanger untuk dilakukan pemanasan menggunakan dowterm. Pada saat proses pendinginan, mobileterm dilewatkan pada Heat Exchanger untuk dilakukan proses pendinginan menggunakan cooling water. Kemudian chips didorong oleh udara dari blower conveying menuju hot silo (D 92- 01). Setelah LAH silo tercapai maka valve akan terbuka dan chips dialirkan menuju silo.


BAB II
PENGORGANISASIAN DAN PENATAAN SUMBERDAYA MANUSIA

2.1.   Divisi/Department pada Perusahaan atau Pabrik
Pada pembahasan ini, penulis memfokuskan pada salah satu subsektor tekstil dan garmen, yaitu PT Indo-Rama Synthetics Tbk yang termasuk ke dalam sektor aneka industri yang terdaftar BEI (Bursa Efek Indonesia). Di Di dalam suatu organisasi/perusahaan, umumnya terdapat tiga macam tingkatan jabatan strategis, dimulai dari manajemen garis bawah, manajemen tingkat menengah/madya sampai manajemen puncak. PT Indo-Rama Synthetics merupakan perusahaan asing yang beroperasi di berbagai Negara, pusatnya berada di Negara India. Oleh karena itu, perusahaan ini dapat dikatakan sebagai perusahaan penanam modal asing di Indonesia. Perusahaan ini menggunakan struktur organisasi divisional yaitu struktur organisasi di dalam perusahaan terpisah-pisah sesuai dengan divisi yang dijalani.
Struktur organiasai PT Indorama Synthetics Tbk untuk site Jatiluhur dibagi menjadi beberapa bagian yaitu : Divisi Polyester, Divisi Spun Yarns, Divisi Fabric, Divisi CPP, Divisi IPCI dan IRT. Namun untuk  dalam makalah ini hanya dalam penjelasan mengenai departemen, pemakalah berfokus pada Divisi Spun yarns. Struktur organisasi ini tidak secara keseluruhan ditampilkan, hanya sebagian besar dan tetap menampilkan struktur dimana penulis melakukan studi pustaka dari beberapa literatur, yaitu departemen Training atau Centre For Learning. Struktur organisasi pada PT Indorama Synthetics Tbk divisi Spun Yarns dapat dilihat pada gambar berikut.


2.2.   Deskripsi Tugas dan Jabatan
2.2.1.      Dewan Komisaris
            Dewan Komisaris merupakan bagian tertinggi Perusahaan yang ditunjuk oleh pemegang saham dalam rapat umum pemegang saham. Tugas utama dari Dewan Komisaris adalah mengawasi kebijakan Direksi dalam mengelola perusahaan dan memberikan saran kepada Direksi terkait mengenai hal-hal sebagaimana dijelaskan dalam Anggaran Dasar Perusahaan Dewan Komisaris menerima laporan secara berkala dari Direksi dan Komite Audit selama setahun terkait kinerja Perusahaan. Dewan Komisari saat ini terdiri dari lima anggota dimana dua diantaranya merupakan Komisari Independe. Remunerasi anggota Dewan Komisaris ditentukan oleh pemegang saham pada rapat umum pemegang saham dan dicantumkan pada catatan di dalam laporan keuangan yang telah di audit. Berdasarkan Anggaran Dasar Perseroan, Dewan Komisaris diwajibkan untuk mengadakan rapat minimal satu kali dalam setahun yang dihadiri oleh mayoritas anggota.
2.2.2.      Direksi
Direksi bertanggung jawab penuh untuk mengelola dan menjalankan Perusahaan sesuai dengan tujuan Perusahaan serta memellihara, mengendalikan, dan mengelola asset Perusahaan bagi kepentingan Perusahaan. Direksi saat ini terdiri dari tiga anggota dengan Direktur Utama dan dua Direksi. Direktur Utama bertanggung jawab atas sejumlah unit usaha yang didukung oleh Direksi yang lain. Anggota Direksi ditunjuk oleh para pemegang saham dalam rapat umum pemegang saham. Remunerasi anggota Direksi ditentukan oleh pemegang saham dalam rapat tersebut dan wewenang tersebut dilimpahkan kepada Dewan Komisaris serta berdasarkan kinerja mereka yang dinilai setahun sekali dan dicantumkan pada catatan dalam laporan keuangan yang telah di audit. Berdasarkan Anggaran Dasar Perseroan, Direksi diwajibkan untuk mengadakan rapat minimal satu kali dalam setahun yang dihadiri oleh mayoritas anggota.
2.2.3.          Komite Audit
Keberadaan Komite Audit yang profesional dan independen dalam suatu perusahaan menjadi syarat mutlak untuk menjaga kepentingan stakeholders dan melindungi hak-hak pemegang saham. Inilah yang menjadi faktor penentu untuk menciptakan value added dan penerapan GCG bagi perusahaan sehingga proses controlling tersebut dapat berjalan dengan semestinya. Berikut adalah tugas dari komite audit:
a.     Memberikan penilaian terhadap pelaksanaan kegiatan dan hasil audit yang dikerjakan oleh Satuan Pengawasan Internal dan Auditor Eks ternal sehingga pelaksanaan & pelaporan yang tidak memenuhi standar dapat dicegah.
b.     Memberikan rekomendasi terhadap penyempurnaan sistem pengendalian (controlling) manajemen perusahaan beserta pelaksanaannya.
c.     Memastikan bahwa telah tersedia prosedur review yang memuaskan, terutama terhadap informasi yang dikeluarkan oleh BUMN; seperti brosur, proyeksi (forecast), laporan keuangan berkala, serta informasi lainnya yang disampaikan kepada para pemegang saham.
d.     Melakukan identifikasi terhadap hal-hal yang membutuhkan perhatian dari Dewan Komisaris/Dewan Pengawas.
e.     Menunaikan tugas dan kewajiban lainnya yang diberikan oleh Dewan Komisaris/Dewan Pengawas, selagi tugas dan kewajiban tersebut masihdalam ruang lingkup yang berdasarkan pada ketentuan peraturan perundang-undan gan yang berlaku.

2.2.4.      Tugas Sub Unit (Departemen)
PT. Indorama Synthetics Tbk Divisi Spun Yarns dalam beroperasi sehari-hari dipimpin oleh seorang Chief Executif Officer berkebangsaan India, yang fungsi dan tugasnya membawahi tiga sub unit, yaitu : Komersial, Produksi dan Engineering yang masing-masing dipimpin oleh seorang Head Unit Function.
Sub unit Komersial meliputi beberapa departemen dan memiliki tugas sebagai berikut:
a.         Departemen Personalia : bertugas menangani hal-hal yang berhubungan dengan ketenagakerjaan.
b.         Departemen General Affair, General Office dan Guest House : bertugas menangani hal-hal yang berkaitan dengan masalah umum, seperti transportasi, penginapan untuk tamu, administrasi produksi untuk bahan laporan ke instansi pemerintah, dan lain-lain.
c.         Departemen Security : bertugas menangani masalah keamanan lingkungan perusahaan pabrik.
d.         Departemen Finance and Accounts : bertugas menangani masalah keuangan perusahaan.
e.         Departemen Store Raw Materials : bertugas menangani kebutuhan stok bahan baku, alat tulis, dan lain-lain.
f.          Departemen Sales Finance Godown : bertindak sebagai marketing executive yang menangani masalah pemesanan dan penjualan.
Sub unit Produksi meliputi beberapa departemen dan memiliki tugas sebagai berikut:
a.    Departemen Produksi (Spinning I, II, III, IV dan V) : bertugas menangani proses-proses produksi beserta perawatan mesin-mesinnya.
b.    Departemen Research and Development : bertugas mengecek atau memeriksa kualitas barang produksi (benang).
c.     Departemen Packing : bertugas menangani masalah pengemasan produk jadi.
Sub unit Engineering meliputi beberapa departemen dan memiliki tugas sebagai berikut:
a.  Departemen Civil : bertugas menangani pekerjaan ataupun proyek-proyek civil di lingkungan pabrik.
b.   Departemen Electric : bertugas menangani hal-hal yang berkaitan dengan kelistrikan di lingkungan pabrik, termasuk troubleshooting di departemen apabila terjadi permasalahan pada instalasi listrik.
c.   Departemen Electro : bertugas menangani hal-hal yang berkaitan dengan elektronika di lingkungan pabrik, termasuk troubleshooting di departemen apabila terjadi permasalahan pada mesin.
d.  Departemen AC Utility : bertugas menangani hal-hal yang berkaitan dengan AC dan Utility di lingkungan pabrik.

2.3.   Penyesuaian Tugas dalam Masa Pandemi Covid-19
Di tengah mewabahnya Covid-19, membuat beberapa sektro industri terganggu dalam hal operasionalnya. Dalam sebuah penelitian disebutkan bahwa kesiapan menghadapi perubahan di dalam dunia kerja dipengaruhi secara signifikan oleh modal psikologis, komitmen organisasi, dan iklim psikologis (Widiarti, D., & Baidun, A., 2016). Ketika seorang karyawan atau bahkan pimpinan perusahaan tidak memiliki kesiapan dalam menghadapi suatu perubahan, maka bukan tidak mungkin akan mengakibatkan stress kerja. Beberapa faktor penyebab dari timbulnya sress kerja ini adalah adanya self efficacy, resiliency dan self awareness yang rendah pada diri individu (Haryadi, D. D., & Baidun, A., 2016).
           Tidak sedikit perusahaan yang harus menyesuaikan dalam pemberian tugas kerja sebagai tindakan untuk mencegah tersebarnya wabah di lingkungan perushaan. Namun tidak sedikit juga perusahaan yang harus mengorbankan beberapa karyawannya demi keberlangsungan perusahaan di masa-masa sulit pandemi Covid-19. Dilansir dari portal berita Newspurwakata disebutkan bahwa direksi PT Indo-Rama Synthetics Tbk, Divisi Polyester, memutuskan untuk merumahkan sekitar 400 karyawannya. Kebijakan ini diambil akibat bahan baku impor terhenti dan produk tekstil yang dihasilkan tidak bisa terjual. Terdapat beberpa divisi yang terpaksa harus dihentikan produksinya. Alhasil imbasnya sekitar 20%-30% karyawan di rumahkan. Dan pihak manajemen tidak tahu sampai kapan kebijakan ini berlaku. jelasnya. Ada lima bagian yang dihentikan produksinya. Pertama, produksi Benang Filament CP-1 (Departmen POY, FDY dan DTY), Kedua Produksi FDY CP-1. Ketiga, Departemen PDG. Keempat pekerjaan Proyek CP-1. Kelima sebagian Departemen Engineering (Utility, Electrict dan Instrument).
Sementara itu, sektor aneka industri lainnya yang bergerak di bidang subsektor otomotif dan komonennya, yaitu PT Astra International Tbk, yang dilansir oleh portal berita CNBC Indonesia tidak ada pemberhentian karyawan walaupun utilitas pabrik otomotif turun drastis dan penjualan diprediksi drop hingga 40%. Adapun untuk penyesuaian kerja di masa Covid-19. Seperti dilansir dari berita AstraWorld (2020) dijelaskan bahwa Management AstraWorld mulai memberlakukan aturan – aturan yang dihimbau pemerintah kepada karyawan tanpa terkecuali dan mengawasi jalannya aturan tersebut dengan ketat. Salah satu aturan yang ditekankan adalah menerapkan physical distancing di seluruh area kerja AstraWorld, baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan. Pada masa PSBB, sebagai bentuk komitmen AstraWorld kepada pelanggan, contact centre agent tetap melayani pelanggan yang menghubungi melalui channel telepon dan email juga media sosial. Namun, sistem kerja serta hal –hal yang dilakukan saat bekerja tidak terlepas dari aturan PSBB yang berlaku. Mulai dari menggunakan masker sampai physical distancing, baik di area work station maupun di area lain.
Management AstraWorld telah merumuskan pengaturan jarak tempat duduk di seluruh work station contact centre agar penerapan physical distancing dapat dijalankan dengan baik. Hal ini pun sangat ditekankan oleh management AstraWorld kepada seluruh karyawan untuk mematuhi aturan tersebut dengan baik, tujuannya adalah agar kesehatan mereka tetap terjaga sehingga AstraWorld bisa menjalankan bisnisnya dengan optimal.  Tidak hanya di work station saja, ketika para agent contact centre beristirahat di tempat yang telah disediakan, aturan physical distancing juga diterapkan agar mereka tidak berkumpul terlalu dekat antara satu dengan lainnya (AstraWorld, 2020). Salah satu strategi yang diterapkan oleh PT Astra International Tbk adalah melakukan disiplin financial, yaitu mengupayakan peningkatan efisensi. Di antaranya adalah dengan melakukan penyesuaian belanja modal di tengah Pandemi Covid-19.


BAB III
IMPLEMENTASI NEW NORMAL LIFE DI PERUSAHAAN

3.1.   Pengaturan Shift Karyawan
Sistem shift karyawan merupakan suatu sistem pengaturan kerja yang memberi peluang karyawan untuk memanfaatkan keseluruhan waktu yang tersedia untuk mengoperasikan pekerjaan. Seluruhan waktu yang ada ini diberikan batasan waktu tertentu sesuai batas kerja maksimal dengan mempertimbangkan faktor keamanan dan keselamatan pekerja dalam melakukan aktifitas pekerjaannya secara menerus. Dari adanya sistem perubahan waktu kerja ini memiliki potensi yang cukup besar dimana kinerja karyawan agar berbeda jika dibandingkan dengan waktu gilir normal. Maksud dalam penilaian terhadap kinerja karyawan adalah bagaimana kelompok kerja bekerjasama dalam mencapai target produksi sesuai dengan capaian target yang sudah ditentukan setiap periode. Produktivitas ini dinilai dari yang dihasilkan oleh para karyawan selama bekerja dengan waktu yang telah ditetapkan di masa pandemi Covid-19.
Dalam hal pembagian jam kerja, setiap karyawan dikelompokkan menjadi 2 kelompok berdasarkan jenis tugas dan tangungjawabnya, yaitu sebagai berkut :
a.         Kelompok Pertama
       Termasuk dalam kelompok pertama ini adalah semua yang pekerjaannya tidak berhubungan langsung dengan mesin-mesin produksi akan tetapi sangat berpengaruh terhadap maju mundumya produksi dan kelangsungan hidup perusahaan.
b.         Kelompok Kedua
Termasuk dalam kelompok ini adalah semua karyawan/pegawai yang kerjanya langsung berhubungan dengan mesin-mesin produksi dan sangat mempengaruhi jalannya proses produksi. Pembagian kerja kelompok ini didasarkan pada tugas-tugas kerja dari masing-masing mesin yang ditangani dan bertujuan agar tidak terjadi kejenuhan serta kelelahan kerja bagi karyawan.

3.2.   Penetapan Jenis Pekerjaan yang Dapat Dilakukan dari Rumah
Jenis pekerjaan yang penugasannya bisa dilakukan dari rumah (Work From Home) adalah pekerjaan yang berupa kegiatan melaksanakan tugas kedinasan, menyelesaikan output, koordinasi, meeting, dan tugas lainnya dari tempat tinggal pegawai. Pegawai yang mendapat penugasan bekerja dari rumah (Work From Home) melaksanakan dan melaporkan hasil pekerjaan sesuai dengan rencana kerja yang disepakati oleh atasan langsung secara periodik. Adapun mekanisme komunikasi tugas selama bekerja dari rumah (Work From Home) bisa menggunakan sarana TNDE atau instrumen lain yang disepakati bersama di unit organisasi masing-masing. Pegawai yang mendapatkan penugasan bekerja dari rumah (Work From Home), harus tetap berada di termpat tinggalnya (KEMENPU-PR, 2020).
Sehubungan dengan pemberlakuan kerja dari rumah (Work From Home) di tengah wabah corona dapat dikaitkan dengan ketentuan Pasal 86 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2013 tentang Ketenagakerjaan, di mana setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja. Tugas karyawan bermacam-macam, ada yang menjabat dibagian SDM, keuangan, karyawan yang mengurus bahan-bahan produksi dan beberapa divisi lainnya. Tugas yang sekiranya dapat dikerjakan dirumah yaitu tugas-tugas yang dapat dipantau dari jauh, seperti bagian keuangan. Karyawan pada bagian keuangan bisa menggunakan laptop dalam pengkerjaannya, beberapa masalah yang dialami perusahaan pada bidang keuangan juga dapat didiskusikan lewat email atau social media lainnya.
Kemudian juga pekerjaan yang perusahaan alihkan dari rumah yaitu seperti meeting koordinasi via online. Namun, untuk bagian operasional tetap bekerja secara normal tapi berjalan dengan memperhatikan standar keselamatan dan kesehatan kerja yang ketat. Penerapan social distancing, menjaga kebersihan dengan selalu cuci tangan, dan penyemprotan disinfektan di tempat kerja dilakukan guna meminimalisir adanya penyebaran virus corona. Dan menjadi tugas bagian SDM juga dapat memantau dari jauh. Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (2020) mengelompokkan pekerja berisiko, di antaranya adalah a) risiko pajanan rendah, yaitu pekerjaan yang aktivitas kerjanya tidak sering berhubungan/kontak dengan publik (pelanggan, klien atau masyarakat umum) dan rekan kerja lainnya. b) risiko pajanan sedang, yaitu pekerjaan yang sering berhubungan/kontak dengan masyarakat umum, atau rekan kerja lainnya, pengunjung, klien atau pelanggan, atau kontraktor. Dan c) risiko pajanan tinggi, yaitu pekerjaan atau tugas kerja yang berpotensi tinggi untuk kontak dekat dengan orang-orang yang diketahui atau diduga terinfeksi COVID-19, serta kontak dengan benda dan permukaan yang mungkin terkontaminasi oleh virus-virus salah satunya adalah Coronavirus Desease-19 (Covid-19).

3.3.   Merubah mekanisme dan prosedur kerja
New normal life bisa dibilang merupakan anugerah bagi para perusahaan agar roda ekonominya kembali berputar dengan optimal. Namun, disisi lain dengan semakin merebaknya wabah Covid-19, pemerintah pun memberi himbauan agar tetap menjaga kebersihan dan memperhatikan prosedur kerja agar bisa meminimalisir kontak fisik secara berlebihan. Karena memang sudah menjadi tanggung jawab setiap perusahaan dalam memberikan perlindungan bagi karyawan.  Perlindungan tersebut telah diatur dalam Pasal 35 ayat (3) UndangUndang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang berbunyi : “Pemberi kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam mempekerjakan tenaga kerja wajib memberikan perlindungan yang mencakup kesejahteraan, keselamatan, dan kesehatan baik mental maupun fisik tenaga kerja.”
Protokal kesehatan juga menjadi himbauan penting bagi para perusahaan sektor aneka industri. PT Astra Internatioal TBk, PT Indorama Syntetich dan perusahaan-perusahaan lain yang menjadi bagian dari sektor aneka industri telah menerapkan prinsip physycal distancing, penggunaan masker dan pengenaan alat pelindung diri berdasarkan regulasi yang telah dihimbau oleh pemerintah. Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (2020) juga telah memberikan arahan terkait mekanisme kerja di era wabah Covid-19 ini. Di antaranya adalah meminta agar tempat kerja selalu memastikan seluruh area kerja bersih dan higienis dengan melakukan pembersihan secara berkala menggunakan pembersih dan desinfektan yang sesuai (setiap 4 jam sekali),  menjaga kualitas udara tempat kerja dengan mengoptimalkan sirkulasi udara dan sinar matahari masuk ruangan kerja, pembersihan filter AC.
Dan juga meminta agar pihak manajemen/tim penanganan COVID-19 di tempat kerja selalu memperhatikan informasi terkini serta himbauan dan instruksi Pemerintah Pusat dan Daerah terkait COVID-19 di wilayahnya, serta memperbaharui kebijakan dan prosedur terkait COVID-19 di tempat kerja sesuai dengan perkembangan terbaru. Adapun bagi para karyawan dihimbau agar selalu menerapkan pola hidup bersih dan Sehat saat di rumah, dalam perjalanan ke dan dari tempat kerja dan selama di tempat kerja.


BAB IV
PENUTUP

4.1.   Kesimpulan
Sektor Aneka Industri merupakan kelompok emiten yang terbesar dibandingkan kelompok industri yang lain yang sudah ada, dengan asumsi semakin besar objek yang diamati maka akan semakin akurat hasil kajian. Terdiri dari 5 sub sektor, yakni Sub Sektor Tekstil dan Garment, Sub Sektor Otomotif dan Komponen, Sub Sektor Alas Kaki, Sub Sektor Kabel dan Sub Sektor Elektronika. Sebagai perusahaan dengan skala terbesar, sektor Aneka Industri betul-betul mempertimbangkan dan memperhatikan mekanisme dan prosedur kerja di masa pandemi Covid-19.
Beberapa perusahaan atau pabrik pun akhirnya bisa menugaskan beberapa karyawannya di beberapa divisi untuk melakukan pekerjaannya dari rumah. Walau pun tidak semua divisi dapat mengerjakan pekerjaannya dari rumah. Namun setidaknya hal itu dapat mengurangi karyawan yang terkena dampak dari pandemic covid19. Di tengah situasi new normal life bukan berarti semuanya serba bebas dan normal seperti biasanya. Justru perusahaan harus terus membuat kebiajakn yang sesuai untuk para karyawan. Dengan pandemi Covid-19  yang masih ada ini, maka perusahaan dituntut harus memikirkan bagaimana cara agar tetap bisa melakukan produksi tanpa mengabaikan kesehatan dan keselamatan karyawannya. 

4.2.   Rekomendasi
Dengan kebijakan new normal life ini, para pelaku industri hendaknya selalu berpedoman kepada protokol-protokol kesehatan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah dan teap harus mengutamakan kesehatan dan kenyamanan para karyawan. Adapun bagi karyawan karyawan juga hendaknya tetap harus menjaga kebersihan diri dan lingkungan, serta menjalankan tugas-tugasnya dengan optimal kendati dengan prosedur yang yang tidak sama dengan sebelumnya.




Daftar Pustaka

Alfatha, M. Y., & Yuniawan, A. (2013). Analisi Pengaruh Lingkungan Kerja Non Fisik dan Mutu Informasi Terhadap Produktivitas Karyawan dengan Perilaku Adaptif sebagai Variabel Intervening. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Andre, O. (2013). Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas dan leverage dalam memprediksi Financial Distress (Studi Empiris pada Perusahaan Aneka Industri yang Terdaftar di BEI). Universitas Negeri Padang.

Andrei Shleifer, & Vishny, R. W. (1997). A Survey of Corporate Governance Andrei. PhD Proposal, 1(2), 737–783. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Aslam, A., Riani, A. L., & Widodo, G. P. (2005). Pengaruh Perilaku Kerja, Lingkungan Kerja, dan Interaksi Sosial Terhadap Kepuasan Kerja. Jurnal Manajemen Dan Pelayanan Farmasi, 3(3), 167–174.

Contact Centre AstraWorld Terapkan Physical Distancing pada Masa PSBB. (2020). Retrieved from AstraWorld website: https://www.astraworld.com/NewsAndEventDetail?code=Gdlgk2G2UUxY9RMUpJ08oA%3D%3D

Haryadi, D. D., & Baidun, A. (2016). Pengaruh Psychological Capital dan Kecerdasan Emosi Terhadap Stres Kerja. TAZKIYA Journal of Psychology, 4(2), 33–54.

Hery. 2010. Potret Profesi Audit Internal. Bandung : Alfabeta.

Litbangkes. (2020). Panduan Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) di Tempat Kerja Perkantoran dan Industri dalam Mendukung Keberlangsungan Usaha pada Situasi Pandemi. Jakarta: Badan Litbbangkes Kementrian Kesehatan RI.

Maulana, T. (2012). Analisa Perilaku Kerja Karyawan Di De Boliva Surabaya Town Square. Jurnal Hospitality Dan Manajemen Jasa, 1, 563–577.

Macey, J. R., & O`hara, M. (2006). The corporate governance of banks. Journal of Financial Regulation and Compliance, 14(4), 375–382. https://doi.org/10.1108/13581980610711144

KEMENPU-PR. (2020). Penanganan Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Jakarta: Litbang PU.

PT Indo-Rama Synthetics Merumahkan Sekitar 400 Karyawannya, Imbas Dari Wabah Corona. (2020). Retrieved from News Purwakarta website: https://newspurwakarta.com/pt-indo-rama-synthetics-merumahkan-sekitar-400-karyawannya-imbas-dari-wabah-corona/

Rahmini, A. (2016). Pengaruh Return on Asset (ROA), kepemilikan Institusional, Komisaris Independen, Ukuran Perusahaan dan Kompensasi Rugi Fiskal Terhadap Tax Avoidance (Studi Empiris: Perusahaan Manufaktur Sektor Aneka Industri yang Terdaftar di BEI 2013-2016). UIN Suska Riau.

Raja, A. N. L., & Utami H, D. N. (2015). Analysis System Quality Control and Capability Processe with Cost PT INDORAMA SYNTHETICS Tbk. 1–7.

Rohadi, T. T., Haryono, A. T., Paramita, P. D., Jurusan, M., Fakultas, M., Dan, E., … Manajemen, J. (2016). Pengaruh Kemampuan Adaptasi Dengan Lingkungan, Perilaku Masyarakat Dan Stres Kerja Terhadap Produktivitas Yang Berdampak Pada Kinerja Pemetik Teh (Studi kasus di Perkebunan Teh Medini Kabupaten Kendal). Journal Of Management, 2(2).

Setiawan, S. B. (2020). Pengaruh Perubahan Waktu Gilir Kerja Sebagai Dampak Covid-19 Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Kasus : Pt. Nusa Halmahera Mineral, Maluku Utara). Jurnal Manajemen Pendidikan Dan Ilmu Sosial, 234-243.

Sudarwan, I. A. (2020). Langkah Awal Dirut Astra (ASII) Djony Bunarto: Disiplin Finansial! Retrieved from Market Bisnis website: https://market.bisnis.com/read/20200616/192/1253266/langkah-awal-dirut-astra-asii-djony-bunarto-disiplin-finansial-

Suswati, E. (2012). Karakteristik Individu dan Karakteristik Organisasi Pengaruhnya Terhadap Motivasi dan Kinerja Bidan Pada Rumah Sakit Umum Pemerintah Daerah Tapal Kuda Jawa Timur. Pekan Ilmiah Dosen FEB, 197–230. Retrieved from http://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1290/5/PROS_Endang S_Karakteristik Individu dan Karakteristik Organisasi_Full text.pdf

Sutedi, Adrian. 2011. Good Corporate Governance. Jakarta : Sinar Grafika.

Tim Edusaham, Perusahaan Sektor Aneka Industri yang Terdaftar di BEI 2019. (2020). Retrieved from Tim Edusaham website: https://www.edusaham.com/2019/04/perusahaan-sektor-aneka-industri-yang-terdaftar-di-bei.html

Triaryati, N. (2002). Pengaruh Adaptasi KEbijakan Work Family Issue Terhadap Absence dan Turnover. Jurnal Widya Manajemen Dan Akuntansi, 2(3), 241–254.

Utami, A. D. (2016). Laporan Kerja Praktik; Pt Indo-Rama Synthetics Tbk . Divisi Polyester CP-2 Purwakarta , Jawa Barat.

Wareza, M. (2020). Penjualan Kendaraan Diramal Drop 40%, Astra: Tak Ada PHK. Retrieved from CNBC Indonesia website: https://www.cnbcindonesia.com/market/20200408145911-17-150646/penjualan-kendaraan-diramal-drop-40-astra-tak-ada-phk

Watts, R. L. (2003). Conservatism in accounting part I: explanations and implications. Accounting Horizons, 17(3), 207–221.

Widiarti, D., & Baidun, A. (2016). Pngaruh Modal Psikologis, Komitmen Organisasi dan Iklim Organisasi Terhadap Kesiapan dalam Menghadapi Perubahan. TAZKIYA Journal of Psychogy, 4(1), 89–102.

Widodo, H. S. T., & Triwanggono, A. (2018). Karakteristik Budaya Organisasi, Kemampuan Adaptasi, Dan Kinerja Usaha Mikro Kecil Menengah. EXERO : Journal of Research in Business and Economics, 1(1), 90–110. https://doi.org/10.24071/exero.2018.010105

1 comment: